Kala itu, mentari gurun memancarkan sinarnya yang terik. Di usia enam tahun, Muhammad kecil menatap lekat wajah lembut sang ibu, Aminah binti Wahb, yang duduk di atas unta bersama Ummu Aiman, pengasuh setia keluarga mereka. Perjalanan menuju Madinah bukan perjalanan biasa; ini adalah ziarah hati seorang ibu yang ingin mengenalkan anaknya kepada makam ayahnya, Abdullah, yang telah tiada bahkan sebelum ia lahir.
Sepanjang perjalanan, Aminah sering membelai rambut putranya, mengisahkan tentang Abdullah: betapa beliau lelaki yang lembut, jujur, dan disayangi banyak orang. Di sela hembusan angin padang pasir, Muhammad mendengarkan dengan mata yang berbinar, seolah ingin menyimpan setiap kata sang ibu di relung hati terdalam.
BACA JUGA: Dakwah Nabi di atas Bukit Shafa
Sesampainya di Madinah, mereka tinggal di rumah keluarga jauh Aminah. Di sana, Muhammad kecil melihat betapa banyak yang mengenal dan menghormati ayahnya. Satu bulan penuh ia belajar tentang keluarga, asal-usul, dan rasa rindu pada sosok ayah yang tak pernah sempat ia temui. Aminah tak henti-hentinya menanamkan kasih sayang dan keikhlasan di hati anaknya.
Saat waktu kembali ke Makkah tiba, rombongan kecil ini memulai perjalanan pulang. Namun, takdir berkata lain. Di tengah perjalanan, di tempat bernama Abwa, Aminah mendadak jatuh sakit. Ummu Aiman berusaha merawatnya dengan penuh cemas, sementara Muhammad kecil menggenggam tangan ibunya erat-erat.
Dalam nafas yang semakin berat, Aminah menatap putranya, “Wahai Muhammad, engkau adalah anak yang agung. Allah akan selalu bersamamu. Bersabarlah, dan jadilah manusia yang jujur serta penuh kasih,” bisiknya lirih.
BACA JUGA: Bunda Khadijah, Cinta Pertama dan Penopang Utama Nabi
Tak lama kemudian, Aminah menghembuskan nafas terakhir. Muhammad kecil menangis di pelukan Ummu Aiman. Hatinya yang rapuh kini diliputi kesedihan mendalam: ia telah menjadi yatim piatu. Di padang sunyi Abwa, seorang anak kecil berdiri di sisi pusara ibunya, menahan isak, memeluk kenangan singkat bersama seorang ibu yang penuh cinta.
Sejak saat itu, Ummu Aiman merawat Muhammad dengan sepenuh hati. Dan meskipun hidupnya tampak sebatang kara, kasih sayang Allah tak pernah meninggalkan dirinya. Abwa menjadi saksi: betapa besar kesabaran dan kekuatan yang Allah tanamkan di hati anak kecil yang kelak membawa cahaya bagi seluruh umat manusia. []
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: https://chat.whatsapp.com/CmhxXFTpO6t98yYERJBNTB
Instagram: https://www.instagram.com/humayro_media/
YouTube: https://www.youtube.com/@humayromedia
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61572918724311

