Home SirahUmar bin Khattab, Kehidupan Sehari-harinya

Umar bin Khattab, Kehidupan Sehari-harinya

Ternyata mereka semua berjumlah tujuh ribu orang, sedangkan orang-orang yang sakit dan lemah berjumlah empat puluh ribu.

by Abu Umar
0 comments 73 views

Diriwayatkan dari Abu Al Ghadiyah Asy-Syami, ia berkata, “Umar bin Khattab datang ke Jabiyah (yaitu desa yang berada di Hauran) dengan naik seekor unta. Dia membiarkan barang-barangnya terkena panas matahari, sedangkan dia sendiri tidak memakai peci atau imamah Kedua kakinya langsung bisa melangkah ke atas tunggangannya tanpa bantuan penyangga. Di atas punggungnya dilapisi dengan kain dari bahan wol, yang sekaligus dijadikan sebagai alas jika dia turun.

Kopernya tipis dan dijadikan sebagai bantalnya jika tidur. Dia memakai pakaian dari kapas yang telah lusuh dan sakunya robek. Dia berkata, ‘Panggillah kepala kampung agar menghadapku! Ketika kepala kampung datang, beliau berkata, ‘Cucilah pakaianku, jahitlah dan pinjamkan baju kepadaku. Kepala kampung itu kemudian membawakan pakaian dari katun. Dia lalu berkata, ‘Apa ini?’ Dijawab, ‘Pakaian dari bahan katun. Dia berkata, ‘Apa itu katun?’ Mereka kemudian memberitahukan kepadanya.

Keutamaan Umar bin Khaththab RA

Setelah itu beliau melepas pakaiannya dan mereka mencuci dan menambalnya. Setelah selesai dia memakainya lagi. Kepala desa itu lalu berkata kepadanya, Engkau adalah penguasa Arab dan negeri ini, maka tidak cocok mengendarai unta. Umar lantas diberi burdun (yaitu sejenis baghal dan himar). Dia lalu membuang pelananya sehingga dia menaikinya tanpa pelana dan panjatan. Ketika dia telah berjalan sebentar, dia berkata, “Berhenti. Aku tidak mengira manusia naik syetan Berikan untaku kepadaku”.”

Al Muththalib bin Ziyad berkata: Diriwayatkan dari Abdullah bin Isa, ia berkata, “Pada wajah Umar bin Khaththab ada dua garis hitam bekas tangisan.”

Diriwayatkan dari Al Hasan, ia berkata, “Pada saat sedang membaca wirid, Umar membaca sebuah ayat hingga dia jatuh pingsan dan baru siuman setelah beberapa hari.”

Anas berkata, “Aku pernah keluar bersama Umar, lalu beliau masuk ke sebuah kebun, sementara aku dan dia hanya dibatasi oleh dinding, sehingga aku tetap dapat mendengamya berkata, ‘Umar bin Khaththab Amirul Mukminin, demi Allah, kamu semestinya takut kepada anakku Al Khaththab atau dia akan menyiksamu.”

BACA JUGA:  Doa Umar bin Khattab soal Pengharaman Khamar

Abdullah bin Amir bin Rabi’ah berkata, “Aku melihat Umar mengambil jerami dari tanah seraya berkata, ‘Alangkah enaknya jerami ini, alangkah enaknya jika aku tidak menjadi apa-apa, dan alangkah enaknya jika Ibuku tidak melahirkanku.”

Abdullah bin Umar bin Hafsh berkata, “Umar bin Khaththab pemah membawa binatang Kurban di atas pundaknya. Kemudian ketika ia ditanya tentang hal itu dia menjawab, ‘Aku takjub kepada diriku sendiri, maka aku ingin menghinakannya.”

Diriwayatkan dari Ibnu Umar, ia berkata: Aku pernah ikut dalam perang Jalula’, lalu aku menjual harta rampasan bagianku dengan nilai empat puluh ribu. Ketika aku menghadap Umar, beliau berkata, “Bagaimana jika aku diseret ke neraka, lantas dikatakan kepadamu, ‘Ikutilah dia, apakah kamu akan mengikutinya? Aku menjawab, “Demi Allah, tidak ada sesuatu yang menyakitimu kecuali aku akan mengikutimu.”

Dia berkata, “Seakan-akan aku menyaksikan manusia ketika mereka membai’at, maka mereka berkata, “Abdullah bin Umar sahabat Rasulullah, Ibnu Amirul Mukminin, dan orang yang paling beliau dicintai. Begitu juga kamu. Bagi mereka, memberikan keringanan kepadamu lebih mereka senangi daripada membelenggumu. Aku adalah pembagi yang bertanggung jawab dan aku memberimu lebih banyak daripada keuntungan yang diperoleh oleh pedagang Quraisy. Kamu mendapatkan keuntungan setiap dirhamnya satu dirham”.”

Beliau lalu memanggi para pedangang dan mereka membeli darinya empat ratus ribu dirham, kemudian membayar kepadaku delapan puluh ribu dirham dan sisanya diberikan kepada Sa’ad bin Abu Waqqash untuk dibagi.

Al Hasan berkata, “Suatu ketika Umar melihat seorang wanita yang kurus la kemudian berkata, ‘Siapa itu?’ Abdullah menjawab, ‘Ini salah seorang anak perempuanmu. la berkata, ‘Anak perempuan yang mana? Al Hasan menjawab, “Anak perempuanku. Umar berkata, ‘Ada apa dengannya?’ Al Hasan menjawab, Karena kamu tidak memberinya nafkah. Umar berkata, Aku tidak bertanggung jawab kepada anakmu, maka berusahalah untuk menghidupi mereka wahai anakku”.”

Muhammad bin Sirin berkata, “Suatu ketika besan Umar datang kepadanya, lalu meminta Umar agar memberinya harta dari Baitul Mal. Umar lalu menolaknya dengan berkata, ‘Apakah kamu ingin aku bertemu Allah sebagai pengkhianat! Setelah itu Umar memberinya sepuluh ribu dirham dari hartanya sendiri

Hudzaifah berkata, “Ketika kami sedang duduk di samping Umar, tiba-tiba beliau berkata, ‘Siapa di antara kalian yang paling hafal tentang sabda Rasulullah dalam masalah fitnah (cobaan)? Aku menjawab, ‘Aku’ Dia berkata, “Kamu sungguh pemberani. Aku berkata, ‘Cobaan seseorang pada keluarga, harga, dan anaknya, dapat dihapus dengan shalat, puasa, sedekah, serta menganjurkan kebaikan dan mencegah kemungkaran’.

Beliau berkata, ‘Aku tidak bertanya kepadamu tentang hal itu, tetapi fitnah besar seperti besarnya gelombang lautan. Aku menjawab, “Tidak apa-apa, sesungguhnya antara kamu dengan cobaan itu ada pintu yang tertutup. Beliau berkata, “Telah dirusak atau dibuka?’ Aku menjawab, ‘Pintu itu telah dirusak. Beliau berkata, ‘Setelah itu tidak tertutup selamanya. Kami kemudian berkata kepada Hudzaifah, ‘Apakah Umar mengetahui siapa pintu itu?’ Dia menjawab, ‘Ya.’ Masruq lalu bertanya, ‘Siapa yang dimaksud dengan pintu itu?’ Dia menjawab, “Pintu itu adalah Umar’.”

Ibrahim bin Abdurrahman bin Auf berkata, “Umar pernah membawa barang-barang simpanan Kaisar. Melihat itu, Abdullah berkata, ‘Apakah kamu akan meletakkannya di Baitul Mal sehingga bisa dibagikan?’ Umar menjawab, ‘Tidak, demi Allah, aku akan meletakkannya di langit-langit masjid hingga besok’. la kemudian meletakkannya di tengah masjid, dan para sahabat menjaganya malam itu. Ketika pagi harinya, ia membukanya, ternyata isinya adalah emas dan perak yang hampir tidak menyala. Melihat itu, ia menangis sehingga Ayahku bertanya kepadanya, ‘Mengapa engkau menangis wahai Amirul Mukminin? Demi Allah, ini adalah hari bersyukur dan hari kegembiraan’. Beliau menjawab, ‘Celaka kamu, sesungguhnya harta ini tidak diberikan kepada suatu kaum, kecuali aku telah menimbulkan permusuhan dan pertentangan di antara mereka’.”

Abu Hurairah berkata, “Umar pernah membuat kantor administrasi dan dia mewajibkan kepada orang-orang yang hijrah pertama kali untuk diberi masing-masing lima ribu dirham, untuk orang-orang Anshar masing-masing empat ribu dirham, dan untuk Ummahatul Mukminin masing-masing dua belas ribu dirham.”

Anas berkata: Suatu ketika perut Umar kembung lantaran makan minyak pada masa paceklik. Dia kemudian tidak mengonsumsi lemak. Dia memijat perutnya dengan jarinya seraya berkata, ‘Kamu tidak memiliki hak terhadap kami selainnya hingga manusia hidup’.”

Diriwayatkan dari Zaid bin Aslam, dari ayahnya, ia berkata, “Pada masa paceklik, orang Arab dari segala penjuru datang ke Madinah. Umar ketika itu menyuruh orang-orang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Lalu pada suatu malam aku mendengar beliau berkata, ‘Hitunglah berapa orang yang akan makan malam bersama kami.

Mereka pun menghitung jurnlah satu kabilah. Ternyata mereka semua berjumlah tujuh ribu orang, sedangkan orang-orang yang sakit dan lemah berjumlah empat puluh ribu. Setelah beberapa hari, jumlah laki-laki dan keluarga seluruhnya mencapai enam puluh ribu.

Tak lama kemudian Allah menurunkan hujan. Setelah hujan turun, aku melihat Umar menugaskan orang untuk mengembalikan mereka ke kampung masing-masing dan membekali mereka dengan makanan menuju kampung masing-masing. Ada di antara mereka yang meninggal, dan aku melihat jumlah yang meninggal hampir mencapai sepertiga dari jumlah mereka. Panci-panci milik Umar terus digunakan oleh beberapa orang pegawai untuk memasak makanan sejak waktu sahur.”

BACA JUGA: Umar bin Khattab Halangi Rasulullah Shalati Jenazah Abdullah bin Ubay

Diriwayatkan dari Aslarn, ia berkata, “Kami pernah berkata, ‘Seandainya Allah tidak menurunkan hujan pada masa paceklik itu, maka kami mengira Umar pasti sudah menemui ajal”, (Ibnu Sa’ad menambahkan dalam kitab Thabaqat-nya, “Karena keinginannya yang kuat untuk menyelesaikan urusan kaum muslim.”)

Sufyan Ats-Tsauri berkata, “Barangsiapa mengira bahwa Ali lebih berhak menjadi khalifah daripada Abu Bakar dan Umar, berarti dia telah menyalahkan Abu Bakar, Umar, orang-orang Muhajirin, dan orang-orang Anshar.”

Syarik berkata, “Sikap lebih mengutamakan Ali atas Abu Bakar dan Umar adalah tidak baik.”

Abu Usamah berkata, “Tahukah kalian siapa Abu Bakar dan Umar? Keduanya adalah bapak dan ibunya Islam.” []

Sumber: Nuzhatul Fudhala’ Tahdzih Siyar A’lam An-Nubala (Ringkasan Siyar A’lam An-Nubala) / Penulis: Imam Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Utsman Adz-Dzahabi / Penerbit: Pustaka Azzam / Cetakan Kedua, Juni 2011

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp: https://chat.whatsapp.com/CmhxXFTpO6t98yYERJBNTB
Instagram: https://www.instagram.com/humayro_media/
YouTube: https://www.youtube.com/@humayromedia
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61572918724311

Ikuti kami di Facebook Humayro. Satu tempat untuk pembelajaran tiada henti. Pembelajaran setiap hari. Pembelajaran sepanjang hayat.

Subscribe

Subscribe my Newsletter for new blog posts, tips & new photos. Let's stay updated!

Humayro.com – Belajar Sepanjang Hayat.  Kantor : Jalan Taman Pahlawan Gg. Ikhlas No. 2 RT18/RW 08 Purwakarta 41119