Home MuhasabahBoleh Mengharapkan Mati Untuk Menyelamatkan Agama

Boleh Mengharapkan Mati Untuk Menyelamatkan Agama

Bisa diambil kesimpulan bahwa mengharapkan mati bagi Maryam dalam keadaan seperti itu boleh dengan alasan seperti tadi.

by Abu Umar
0 comments 123 views

Allah Ta’ala mengabarkan kisah Nabi Yu-suf a.s. dalam firman-Nya,

“Wafatkanlah aku dalam keadaan mus-lim dan gabungkanlah aku dengan orang yang saleh.” (QS. Yusuf: 101)

Allah juga mengabarkan kisah Maryam dalam firman-Nya,

“Wahai, betapa (baiknya) aku mati se-belum ini, aku menjadi seorang yang tidak di-perhatikan dan dilupakan.” (QS. Maryam: 23)

Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, dan Malik dari Abu Zinad al-A’raj dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, kiamat tidak akan terjadi sebelum ada seseorang yang mele-wati kubur orang lain seraya berkata, “Alangkah baiknya seandainya aku berada di tempatnya.”

Menurutku, ini tidak bertentangan dengan apa yang apa telah saya jelaskan sebelumnya.

BACA JUGA:  Imam Hasan Al-Bashri dan Nasihatnya tentang Tetangga, Utang, dan Kematian

Menurut Qatadah, tidak ada seorang nabi pun yang mengharapkan untuk mati selain Nabi Yusuf a.s.. Ketika sudah mendapat kenikmatan-kenikmatan yang sempurna dan berhasil meraih segalanya, Nabi Yusuf a.s. rindu untuk segera bertemu Tuhannya. Karena itulah, ia berkata seperti yang dikutip dalam Surah Yusuf ayat 101,

“Ya tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian keraja-an dan telah mengajarkan kepadaku sebagian tabir mimpi, karena itulah, ia sudah ingin ber-temu dengan Tuhannya ‘Azza wa Jalla.

Ada yang berpendapat bahwa sebenar-nya Nabi Yusuf a.s. tidak hanya sekedar meng-harapkan untuk mati, tetapi ingin meninggal dalam keadaan Islam. Dengan kata lain, ia berkata, “Jika telah tiba ajalku, maka wafatkanlah aku dalam keadaan Islam.” Ini adalah pendapat yang dipilih oleh ahli ta’wil dalam menafsirkan ayat tersebut. Wallahu a’lam.

Ada dua alasan yang mendorong Maryam mengharapkan mati, yaitu:

Pertama, dia takut terus-menerus disangka buruk dan dicela. Karena hal tersebut dapat membuat fitnah terhadap agama.

Kedua, gara-gara dirinya, dia tidak ingin kaumnya jatuh dalam jurang kebohongan dan kedustaan, sehingga mereka menuduhnya telah berbuat zina, dan itu bisa membuat mereka celaka.

Menyinggung orang yang telah memfit-nah Aisyah, Allah Ta’ala berfirman,

“Dan barangsiapa di antara mereka yang mengambil bagian terbesar (dari dosa yang diperbuatnya), dia mendapat azab yang besar (pula).” (QS. an-Nur: 11)

“Dan kamu menganggapnya remeh, pa-dahal dalam pandangan Allah itu soal besar.” (QS. an-Nur: 15)

Para ulama Ahli Tafsir berselisih pendapat mengenai Maryam. Apakah ia seorang wanita yang benar-benar sangat jujur seperti dalam firman-Nya,

“Dan ibunya seorang yang berpegang teguh pada kebenaran.” (QS. al-Ma’idah: 75)

Ataukah dia seorang nabi wanita seperti dalam firman-Nya,

“Kami mengutus roh kami (Jibril) kepa-danya.” (QS. Maryam: 17)

“Dan (ingatlah) ketika para malaikat berkata, Wahai maryam, sesungguhnya Allah telah memilihmu.” (QS. Ali ‘Imran: 42)

Dia diuji dengan ujian yang berat be-rupa fitnah dan berita bohong yang menimpa dirinya. Berdasarkan dua penafsiran yang saya kemukakan tadi, bisa diambil kesimpulan bahwa mengharapkan mati bagi Maryam dalam keadaan seperti itu boleh dengan alasan seperti tadi. Wallahu a’lam.

BACA JUGA:  Larangan Mengharapkan Mati Karena Ditimpa Cobaan Harta Maupun Kesehatan

Sedang hadis Abu Hurairah tadi, yang menjelaskan tentang keinginan mati seseorang yang melewati kubur, itu merupakan kabar. Artinya, hal itu bisa terjadi disebabkan keadaan manusia yang sudah memprihatinkan karena sudah sangat minimnya akhlak dan nilai-nilai agama. Sementara yang bersangkutan tidak berdaya mengatasinya. Jadi, bukan karena penderitaan yang menimpa, baik yang menyangkut kesehatan, ekonomi, maupun yang lainnya. Hal itu diperjelas dengan doa yang dipanjatkan Rasulullah ﷺ,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَتَرْكَ الْمُنْكَرَاتِ وَحُبَّ الْمَسَاكِينِ وَإِذَا أَرَدْتَ وَيُرْوَى أَدَرْتَ فِي النَّاسِ فِتْنَةً فَاقْبِضْنِي إِلَيْكَ غَيْرَ مَفْتُوْنٍ

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu agar dapat melakukan kebajikan-kebajikan, meninggalkan kemungkaran-ke-mungkaran, dan mencintai orang-orang miskin. Dan, jika Engkau telah menghendaki suatu fitnah terhadap manusia, maka cabutlah nyawaku ke-pada-Mu dalam keadaan tidak terkena fitnah.” Hadis ini diriwayatkan oleh Ahmad, Tirmidzi, dan Malik. []

Sumber: At-Tadzkirah, Keindahan Menghadapi Kematian /Penyusun: Imam al-Qurthubi / Penerbit JABAL / Cetakan Pertama: September 2020

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp: https://chat.whatsapp.com/CmhxXFTpO6t98yYERJBNTB
Instagram: https://www.instagram.com/humayro_media/
YouTube: https://www.youtube.com/@humayromedia
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61572918724311

Ikuti kami di Facebook Humayro. Satu tempat untuk pembelajaran tiada henti. Pembelajaran setiap hari. Pembelajaran sepanjang hayat.

Subscribe

Subscribe my Newsletter for new blog posts, tips & new photos. Let's stay updated!

Humayro.com – Belajar Sepanjang Hayat.  Kantor : Jalan Taman Pahlawan Gg. Ikhlas No. 2 RT18/RW 08 Purwakarta 41119