Istighfar bukan sekadar ucapan di lisan, melainkan jalan kembali seorang hamba kepada Rabb-nya dengan penuh kerendahan hati dan pengakuan atas segala dosa. Allah ﷻ telah menjanjikan kepada hamba-hamba-Nya, bahwa istighfar adalah pintu keluarnya berbagai kesempitan hidup, kunci datangnya keberkahan, serta sebab turunnya rahmat dari langit dan bumi.
Allah ﷻ berfirman dalam kisah Nabi Nuh ‘alaihissalam: “Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai’.” (QS. Nuh: 10-12).
Ayat ini mengajarkan bahwa istighfar bukan hanya berfungsi menghapus dosa, tetapi juga menjadi sebab datangnya kebaikan dunia. Hujan diturunkan untuk menumbuhkan tanaman, kebun-kebun dipenuhi buah, air sungai mengalir untuk kehidupan, dan rizki yang halal serta anak keturunan yang saleh akan Allah limpahkan kepada hamba-Nya yang kembali pada-Nya.
BACA JUGA: Mengapa Harus Istighfar setelah Tahajjud?
Penjelasan Ulama tentang Keutamaan Istighfar
Imam al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan ayat tersebut dengan sangat indah. Beliau berkata:
“Ayat itu menunjukkan, jika engkau bertobat pada Allah, memohon ampun kepada-Nya, dan mematuhi perintah-Nya, maka rizkimu akan bertambah, dan engkau akan diberi makan dari berkah-berkah dari langit (hujan), serta buah-buahan dari bumi yang tumbuh untukmu. Hasil panen akan berlimpah, susu hewan akan penuh, dan semuanya untukmu! Allah akan memberikan kepadamu harta benda, kekayaan, anak-anak, kebun dari segala macam buah-buahan, serta sungai-sungai kecil di dalamnya.”
Betapa besar janji Allah bagi hamba yang tulus memohon ampun. Maka, istighfar bukan hanya permohonan spiritual, melainkan juga pintu bagi kelapangan rezeki dan keberkahan hidup.
Kisah Umar ibn Khaththab dan Shalat Istisqa’
Sejarah mencatat bahwa di masa kepemimpinan Umar ibn Khaththab radhiyallahu ‘anhu, pernah terjadi musim paceklik yang sangat panjang. Tanah-tanah kering, sungai-sungai surut, dan penderitaan melanda masyarakat. Maka khalifah yang mulia itu mengumpulkan kaum muslimin di sebuah lapangan luas untuk melaksanakan shalat Istisqa’, shalat memohon turunnya hujan.
Namun, menariknya, Umar tidak hanya mengandalkan doa agar hujan segera turun. Ia mengingatkan umat untuk banyak beristighfar, karena dosa-dosa manusia menjadi penghalang turunnya rahmat Allah.
Di hadapan kaum muslimin, Umar mengucapkan doa dengan penuh keyakinan, seraya mengulang ayat dalam surah Nuh: “Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat.”
Tak lama setelah itu, langit yang tadinya cerah dan gersang berubah mendung. Rintik hujan mulai turun, membasahi bumi yang lama kering. Umat pun bersujud penuh syukur. Kejadian ini menjadi bukti nyata bagaimana istighfar dapat mendatangkan rahmat Allah dengan segera.
Pelajaran dari Kisah dan Tafsir Ulama
Dari ayat Al-Qur’an, penjelasan Ibnu Katsir, serta kisah Umar ibn Khaththab, kita mendapatkan banyak pelajaran berharga:
1- Istighfar adalah sumber keberkahan hidup.
Bukan hanya untuk penghapusan dosa, tetapi juga jalan datangnya hujan, kesuburan bumi, serta kecukupan rezeki.
2- Dosa menjadi penghalang turunnya rahmat.
Hati yang lalai dan penuh maksiat membuat hidup terasa sempit, doa sulit terkabul, dan keberkahan terangkat.
3- Para ulama salaf menekankan istighfar sebagai amalan utama.
Al-Hasan al-Bashri rahimahullah pernah menasihati seseorang yang mengeluhkan kemiskinan, kekeringan, dan ketiadaan anak. Beliau hanya menjawab: “Beristighfarlah kepada Allah.” Lalu beliau membaca ayat dalam surah Nuh ini sebagai dalil.
4- Pemimpin yang saleh menuntun umat kepada istighfar.
Umar ibn Khaththab mengajarkan bahwa solusi krisis bukan sekadar usaha duniawi, melainkan kembalinya umat kepada Allah dengan taubat dan istighfar.
Istighfar dalam Kehidupan Kita
Hari ini, manusia modern menghadapi berbagai krisis: krisis ekonomi, krisis pangan, krisis moral, bahkan krisis lingkungan. Namun, sering kali kita lupa, bahwa kunci penyelesaiannya bukan hanya strategi duniawi, melainkan juga ketaatan dan istighfar.
BACA JUGA: Istighfar, Penambah Kebaikan
Dengan istighfar, jiwa akan tenang, hati akan lapang, dan pintu-pintu keberkahan akan terbuka. Rasulullah ﷺ sendiri, padahal beliau maksum dan terjaga dari dosa, masih beristighfar kepada Allah lebih dari 70 kali dalam sehari. Lalu bagaimana dengan kita yang penuh dosa?
Penutup
Istighfar adalah doa yang sederhana, namun mengandung makna yang sangat dalam. Ia membersihkan hati, menghapus dosa, menurunkan rahmat, serta melapangkan rezeki. Janji Allah dalam surah Nuh, penafsiran Ibnu Katsir, serta pengalaman Umar ibn Khaththab adalah bukti nyata bahwa istighfar adalah solusi bagi setiap masalah hidup.
Maka janganlah kita lalai. Jadikanlah istighfar sebagai sahabat setiap waktu—di pagi, siang, sore, dan malam. Semoga Allah ﷻ menjadikan kita hamba-hamba yang senantiasa kembali kepada-Nya, agar rahmat dan keberkahan selalu menyertai kehidupan kita di dunia hingga akhirat. []
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: https://chat.whatsapp.com/CmhxXFTpO6t98yYERJBNTB
Instagram: https://www.instagram.com/humayro_media/
YouTube: https://www.youtube.com/@humayromedia
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61572918724311

