Masa anak-anak, khususnya sejak usia 3 tahun ke atas, adalah fase emas yang sangat menentukan arah pembentukan kepribadian dan karakter di masa depan. Pada usia ini, anak mulai meniru, mengamati, serta memahami lingkungan sekitarnya dengan cepat. Oleh karena itu, peran orang tua sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai kebaikan, adab, dan akhlak mulia. Sebagaimana perkataan ulama salaf, “Ilmu pada masa kecil bagaikan ukiran di atas batu, sedangkan ilmu di masa dewasa bagaikan tulisan di atas air.” Hal ini menegaskan betapa kuatnya daya serap anak dalam usia dini sehingga pendidikan yang benar akan menetap sepanjang hidupnya.
Menumbuhkan karakter bukan sekadar mengajarkan kata-kata baik, tetapi juga membiasakan anak dengan contoh nyata dari keseharian. Seorang anak akan lebih mudah meneladani apa yang ia lihat daripada apa yang hanya ia dengar. Ibnu Qayyim rahimahullah berkata, “Hati anak kecil itu laksana tanah kosong, apa yang ditanamkan padanya, itulah yang akan tumbuh.” Maka, sejak dini hendaknya orang tua menanamkan nilai iman, adab, serta akhlak, agar kelak anak tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter baik dan membawa manfaat bagi dirinya, keluarganya, serta umat.
BACA JUGA: Menumbuhkan Karakter Anak Usia 0-2 Tahun
Memberi Teladan yang Baik
Akhlak yang baik diperoleh melalui teladan, bukan melalui nasihat atau arahan. Yang lemah meniru yang kuat, yang kecil meniru yang besar. Anak-anak meniru orangtuanya. Mereka mengikuti kita karena yakin bahwa kita adalah yang terbaik Itulah fitrah.
Oleh karena itu, kita harus sadar bahwa tingkah laku kita selalu diawasi oleh sang buah hati. Akal polos dan hati bersihnya akan mengambil, mengadopsi, dan mengikuti akhlak kita. Maka, Ayah dan Bunda, hendaknya kita memohon kepada Allah agar tidak bersikap buruk di hadapan anak-anak
Ayah dan Bunda, keteladanan yang baik ini menuntut kita untuk melakukan beberapa hal.
Pertama, sabar dan konsisten dalam melakukan perbuatan-perbuatan yang terpuji atau akhlak yang baik.
Sebab, sekali saja ketela-danan yang buruk kita perlihatkan, semua nilai kebaikan yang telah dibangun bisa runtuh seketika. Misalkan, Ayah dan Bunda mem-biasakan anak untuk bersikap jujur bahkan memberikan apresiasi terhadap setiap sikap jujur tersebut, maka anak pun akan menyerap nilai kejujuran tersebut. Namun, jika pada suatu hari ia mendapati Ayah atau Bunda berbohong, hancurlah nilai-nilai kejujuran yang telah terbangun dalam dirinya.
Kedua, mayoritas akhlak baik yang ada dalam diri anak adalah hasil keteladanan.
Misalnya, sifat dermawan, berani, amanah, hormat, suka menolong, dan sebagainya. Akhlak-akhlak itu diadopsi oleh anak saat ia melihat keseharian Ayah dan Bunda.
BACA JUGA: Melatih Ibadah pada Anak
Ketiga, keteladanan eksklusif Ayah dan Bunda dalam diri buah hati terbatas hingga usia 4 tahun saja.
Setelah itu, ia mulai mengamati akhlak saudaranya, kakek dan neneknya, atau siapa saja yang hidup di sekitarnya.
Pun biasanya, pada usia 5 tahun ia sudah mulai kenal dan dekat dengan kerabat serta tetangga. Oleh karena itu, Ayah dan Bunda harus berhati-hati jangan sampai ada anggota keluarga atau tetangga yang berakhlak buruk, misalnya suka mengeluarkan kata-kata kasar atau melakukan perbuatan tercela. Bahkan, kalau perlu, anak harus dibatasi atau dilarang untuk bergaul di jalanan. Karena anak-anak yang suka bermain di jalanan adalah anak-anak yang tidak diperhatikan oleh orangtuanya.
Pada usia 7 tahun, karakter yang ditanamkan dalam dirinya harus mulai kokoh. Sebab, saat itu Ayah dan Bunda akan mempunyai pe-saing baru yang kuat, yakni lingkungan sekolah. []
Sumber: Rumahku Madrasah Pertamaku / Penulis: Dr. Khalid Ahmad Syantut / Penerbit: Maskana Media / Cetakan Kedua, Januai 2009
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: https://chat.whatsapp.com/CmhxXFTpO6t98yYERJBNTB
Instagram: https://www.instagram.com/humayro_media/
YouTube: https://www.youtube.com/@humayromedia
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61572918724311

