Home SosokKisah-kisah Abu Hanifah

Kisah-kisah Abu Hanifah

"Aku menghadapi permasalahan sulit dan aku tidak dapat menjawabnya karena suatu dosa yang telah kulakukan."

by Abu Umar
0 comments 184 views

Abu Hanifah dan Seorang Pencuri

Dengan sedih dan menangis, seseorang pernah datang kepada Abu Hanifah dan berkata padanya, “Wahai imam! Beberapa pencuri memasuki rumahku lalu mengambil harta milikku. Aku mengenali salah seorang di antara mereka, ia tinggal di perkampungan kami. Saat ia tahu aku mengenalinya, ia mengikatku dan membuatku bersumpah mencerai istriku, memerdekakan seluruh budak milikku, dan mensedekahkan seluruh harta yang aku miliki jika aku memberitahukan pada siapa pun dengan tangan, lisan, atau pun dengan isyarat.”

Abu Hanifah berkata, “Pergilah ke sultan agar ia mengumpulkan seluruh penduduk perkampungan. Ketika yang bukan pencuri datang, katakan, “Bukan dia.” Kemudian ketika si pencuri datang, diamlah, jangan engkau berisyarat dengan tangan atau lisanmu, sehingga polisi tahu bahwa dialah pencurinya lalu polisi akan menangkapnya.” Si korban pencurian akhirnya melakukan apa yang dikatakan Abu Hanifah, dan polisi berhasil menangkap si pencuri.

BACA JUGA:  Imam Abu Hanifah, “Dokter Fuqaha”

Dinar dan Kantong Uang

Seseorang pernah menyerahkan kantong berisi 1000 dinar kepada temannya dan berkata kepadanya, “Simpanlah uang ini sampai anakku besar. Setelah ia besar nanti dan sudah dewasa, serahkan kepadanya apa yang engkau sukai.”

Setelah si anak beranjak dewasa, si teman ini menyerahkan kantong berisi uang tersebut kepadanya setelah mengambil beberapa dinar. Dengan lancang ia berkata, “Seperti itulah wasiat ayahmu. Si pemuda itu marah lalu pergi menemui Abu Hanifah, memberitahukan perihal wasiat tersebut dan apa yang dilakukan si pemegang wasiat. Abu Hanifah mendatangkan si pemegang wasiat dan berkata kepadanya, “Hai kamu! Mana yang engkau sukai; dinar ataukah kantong?” “Dinar,” jawabnya.

Abu Hanifah kemudian berkata, “Kalau begitu, berikan seribu dinar itu kepadanya sesuai teks wasiat, karena ayahnya berkata kepadanya, serahkan kepadanya apa yang engkau sukai. Dan yang engkau sukai adalah dinar.” Si pemuda kemudian mengambil 1000 dinar dan membiarkan kantongnya untuk si pemegang wasiat. 28)

Abu Hanifah Kecil

Seseorang pernah menemui Abu Hanifah dengan terburuburu dan berkata kepadanya, “Wahai imam! Saudara perempuanku meninggal dunia, sementara di dalam perutnya ada janin yang bergerak-gerak.”

Abu Hanifah berkata kepadanya, “Belahlah perut saudara perempuanmu itu dan keluarkan janinnya.”

Tujuh tahun kemudian, orang yang bertanya ini datang dengan membawa anak kecil. la berkata kepada Abu Hanifah, “Tahukah engkau siapa dia ini?”

“Tidak,” jawab Abu Hanifah.

Orang itu berkata, “Ini si anak yang dulu engkau fatwakan agar perut ibunya dibelah lalu ia dikeluarkan. Aku memberinya nama Abu Hanifah.”

Dosa-dosanya Sedikit

Abu Hanifah adalah sosok yang wara’, takut, dan banyak mendekatkan diri kepada Allah. Ketika ia ditanya suatu permasalahan rumit dan membuatnya tidak bisa menjawab, ia berkata kepada sahabatsahabatnya dengan rasa takut dan rendah hati, “Aku menghadapi permasalahan sulit dan aku tidak dapat menjawabnya karena suatu dosa yang telah kulakukan.”

Setelah itu ia pergi, berwudhu, shalat, dan memohon ampun kepada Allah hingga Allah melapangkan dadanya dan mengetahui jawaban atas pertanyaan tersebut.

Saat hal itu diceritakan kepada Fudhail bin lyadh, ia menangis kencang. Setelah itu ia berkata sambil mengusap air mata, “Semoga Allah merahmati Abu Hanifah. la melakukan hal itu karena dosa-dosanya sedikit. Adapun orang lain, ia tidak sama seperti Abu Hanifah karena dosadosanya telah menenggelamkannya.”

BACA JUGA:  Keutamaan Abu Hanifah

Firasat Abu Hanifah

Bersama rombongan sahabat-sahabatnya, Abu Hanifah An-Nu’man pernah berangkat ke Mekah. Saat berada di perjalanan, rombongan singgah di salah satu rumah. Si pemilik rumah datang, menyambut kedatangan mereka dan menyuguhkan makanan kepada mereka. Abu Hanifah berkata, “Terbayang olehku dia itu orang tercela.”

Dikatakan kepadanya, “Bagaimana engkau mengatakan seperti itu sementara dia memuliakan kita dan berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita.”

“Seperti itulah firasatku”,” kata Abu Hanifah.

Benar firasat Abu Hanifah. Saat rombongan hendak pergi, si pemilik rumah tidak membiarkan mereka pergi sebelum membayar makanan yang mereka makan. []

Sumber: 100 Qishatan wa Qishah min Hayati Al Imam Abi Hanifah An-Nu man -100 Qishatan wa Qishah min Hayati Al Imam Malik bin Anas – 100 Qishatan wa Qishah min Hayati Al Imam Asy-Syafii – 100 Qishatan wa Qishah min Hayati Al Imam Ahmad bin Hanbal (400 Kisah Hidup Imam Empat Madzhab) /Penulis: Dr Muhammad Shiddiq Al-Minsyawi / Penerbit: Zam Zam Cetakan V: September 2023

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp: https://chat.whatsapp.com/CmhxXFTpO6t98yYERJBNTB
Instagram: https://www.instagram.com/humayro_media/
YouTube: https://www.youtube.com/@humayromedia
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61572918724311

Ikuti kami di Facebook Humayro. Satu tempat untuk pembelajaran tiada henti. Pembelajaran setiap hari. Pembelajaran sepanjang hayat.

Subscribe

Subscribe my Newsletter for new blog posts, tips & new photos. Let's stay updated!

Humayro.com – Belajar Sepanjang Hayat.  Kantor : Jalan Taman Pahlawan Gg. Ikhlas No. 2 RT18/RW 08 Purwakarta 41119