Home SirahKhandaq

Khandaq

by Abu Umar
0 comments 125 views

Pertengahan Syawal tahun ke-5 Hijriah (627 M). Hari belum sepenuhnya siang. Matahari baru berjarak setinggi tombak. Sepuluh ribu pasukan gabungan Quraisy, Yahudi, dan klan-klan Arab lainnya bergerak meninggalkan Makkah menuju Madinah pasukan ini kelak dikenal dengan Ahzab. Dengan menunggang kuda, Abu Sufyan tampak di barisan terdepan sebagai komandan perang.

Di Madinah, Rasulullah telah mendengar kabar rencana penyerangan itu. Untuk menghadapinya, Rasulullah berunding dengan beberapa sahabatnya terkait strategi perang. Salman al-Farisi, seorang kesatria perang asal negeri Persia, mengusulkan untuk menggali parit (khandak) untuk membendung serangan sekaligus menjadikannya benteng pertahanan.

Dari balik parit, pasukan muslim dapat dengan mudah membakar parit, menjebak pasukan musuh, dan memanah mereka. Siasat parit lazim digunakan pasukan imperium Persia, tapi sama sekali belum pernah diketahui orang Arab.

BACA JUGA:   Salman al-Farisi dan Keajaiban di Khandaq

Rasulullah menyetujui strategi Salman. Beliau dan para sahabat keluar dari Madinah dan memulai menggali parit di ceruk Sala, di sebuah tempat yang diapit oleh dua tebing dan berjarak beberapa kilometer di sebelah utara Madinah.

Parit pun terselesaikan sembilan hari kemudian. Rasulullah mengatur strategi penempatan pos pos pasukan, mulai dari Madinah hingga daerah dekat parit yang dijaga pasukan pemanah. Umar dipercaya untuk menjaga salah satu pos tersebut.

Saat pasukan gabungan tiba di daerah ceruk berparit itu, Abu Sufyan menghentikan laju pasukan. la dan yang lain terperangah  ketika menyaksikan bentangan parit yang menghalangi gerak maju mereka. Mereka semua kebingungan.

Akhirnya, mereka mendirikan kemah di tepi parit. Mereka berada di barak-barak kemah tersebut hampir sebulan. Selama itu juga, beberapa kali pasukan gabungan berusaha menyeberangi parit yang membentang itu tapi kandas setelah pasukan muslim menghalangi mereka dengan hujan anak panah.

BACA JUGA:  Gubernur Salman al-Farisi yang Sederhana

Ratusan tentara dari pasukan gabungan itu tewas. Beberapa bergabung dengan Muhammad dan memeluk Islam. Ini menambah frustrasi para pembesar pasukan gabungan itu. Perpecahan terjadi di antara mereka. Nu’aim ibn Mas’ud, seorang kesatria dari pasukan gabungan itu pindah ke pasukan muslim, memberi tahu mereka titik-titik lemah pasukan gabungan yang bisa diserang. Persediaan bahan makanan mereka pun kian berkurang.

Pada saat saat seperti itu, angin gurun berkecepatan tinggi menerpa, bertiup kencang, bergulung-gulung, dan memorak porandakan kemah pasukan gabungan. Abu Sufyan, sang komandan, memutuskan untuk membubarkan pasukan dan kembali ke Makkah dengan membawa kekalahan. []

Sumber: Kisah Hidup Umar ibn Khattab/Karya: Dr. Musthafah Murad, Lc/Penerbit: Zaman

 

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp: https://chat.whatsapp.com/CmhxXFTpO6t98yYERJBNTB
Instagram: https://www.instagram.com/humayro_media/
YouTube: https://www.youtube.com/@humayromedia
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61572918724311

Ikuti kami di Facebook Humayro. Satu tempat untuk pembelajaran tiada henti. Pembelajaran setiap hari. Pembelajaran sepanjang hayat.

Subscribe

Subscribe my Newsletter for new blog posts, tips & new photos. Let's stay updated!

Humayro.com – Belajar Sepanjang Hayat.  Kantor : Jalan Taman Pahlawan Gg. Ikhlas No. 2 RT18/RW 08 Purwakarta 41119