Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar Ash-Shiddiq rahimahullah adalah salah satu tokoh tabi’in yang terkenal dengan keluasan ilmu, ketakwaan, dan kezuhudannya. Ia merupakan cucu dari khalifah pertama umat Islam, Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Lahir dan tumbuh di Madinah, Qasim dibesarkan dalam lingkungan penuh ilmu dan keteladanan.
Sejak muda, ia dikenal tekun menuntut ilmu dari para sahabat besar seperti Aisyah binti Abu Bakar, bibinya sendiri, yang banyak mengajarkan kepadanya hadis-hadis Nabi ﷺ dan hukum-hukum syariat. Karena kedalaman ilmunya dalam fikih, hadis, dan tafsir, Qasim kemudian menjadi salah satu dari tujuh fuqaha Madinah yang menjadi rujukan utama dalam ilmu keislaman di masa tabi’in.
Selain dikenal sebagai ulama yang berilmu luas, Qasim juga masyhur dengan ketakwaan, kehati-hatian dalam berfatwa, serta kesederhanaannya dalam hidup. Ia sangat menjauhi kemewahan dunia dan lebih memilih hidup dengan penuh wara’, selalu takut jika perkataannya atau fatwanya menyelisihi kebenaran. Imam Malik rahimahullah menyebut bahwa Qasim termasuk di antara orang-orang terbaik di zamannya dalam hal ibadah dan ilmu.
BACA JUGA: Mutiara Nasihat Abdullah bin Abbas
Dari keturunannya lahir pula ulama besar, yaitu Imam Ja’far Ash-Shadiq, yang menjadi muridnya. Dengan ilmunya yang mendalam, akhlaknya yang mulia, dan warisan ilmunya yang terus hidup, Qasim bin Muhammad menjadi salah satu teladan agung dalam sejarah keilmuan Islam.
Berikut beberapa mutiara nasihat dari Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar Ash-Shiddiq:
وَعَنْ أَيُّوبَ قَالَ : سَمِعْتُ الْقَاسِمَ يُسْأَلُ بِمِنَى فَيَقُولُ : لا أَدْرِي لَا أَعْلَمُ فَلَمَّا أَكْثَرُوا عَلَيْهِ قَالَ : وَاللَّهِ لَا تَعْلَمُ كُلَّ مَا تَسْأَلُوْنَا عَنْهُ وَلَوْ عَلِمْنَا مَا كَتَمْنَا كُمْ وَلَا حِلَّ لَنَا أَنْ نَكْتُمُكُمْ
Dari Ayyub berkata, aku mendengar Qasim ditanya di Mina, lalu beliau menjawab, “Aku tidak tahu. Aku tidak mengerti.” Ketika mereka terus-menerus bertanya, beliau menjawab, “Demi Allah, kami tidak mengetahui jawaban dari semua pertanyaan kalian. Seandainya tahu maka kami tidak akan menyembunyikannya dari kallian. Tidak halal bagi kami menyembunyikan ilmu.” (089)
BACA JUGA: Mutiara Nasihat Sa’id bin Musayyab
وَعَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ قَالَ : سَمِعْتُ الْقَاسِمَ يَقُولُ : مَا نَعْلَمُ كُلَّ مَا نُسْأَلُ عَنْهُ وَلَأَنْ يَعِيشُ الرَّجُلُ جَاهِلًا، بَعْدَ أَنْ يَعْرِفُ حَقَّ اللَّهِ تَعَالَى عَلَيْهِ، خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَقُولَ مَالَا يَعْلَمُ
Dari Yahya bin Sa’id berkata, aku mendengar Qasim sa berkata, “Kami tidak mengetahui semua pertanyaan yang ditujukan kepada kami. Sungguh seseorang yang hidup dalam keadaan bodoh setelah mengetahui hak Allah Ta’ala atasnya itu lebih baik daripada mengatakan apa yang tidak dia ketahui.” (11/89). []
Sumber: Ensklopedia Hikmah / Penulis: Ibnul Andil Bari El-“Afifi / Penerbit: Kuttab / Cetakan 1, 2021
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: https://chat.whatsapp.com/CmhxXFTpO6t98yYERJBNTB
Instagram: https://www.instagram.com/humayro_media/
YouTube: https://www.youtube.com/@humayromedia
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61572918724311

