Home MuhasabahSikap Seorang Muslim terhadap Harta: Menjaga Hati agar Tidak Terjerat

Sikap Seorang Muslim terhadap Harta: Menjaga Hati agar Tidak Terjerat

Dengan hati yang lapang, berusaha dengan niat yang tulus, dan tidak terlalu terikat pada harta, seorang muslim akan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

by Abu Umar
0 comments 110 views

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:

مَنْ اشْتَغَلَ بِطَلَبِ الْعِلْمِ النَّافِعِ بَعْدَ أَدَاءِ الْفَرَائِضِ أَوْ جَلَسَ مَجْلِسًا يَتَفَقَّهُ أَوْ يُفَقِّهُ فِيهِ الْفِقْهَ الَّذِي سَمَّاهُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ فِقْهًا فَهَذَا أَيْضًا مِنْ أَفْضَلِ ذِكْرِ اللَّهِ

“Siapa pun yang sibuk mencari ilmu yang bermanfaat setelah menunaikan kewajiban-kewajiban, atau duduk dalam majelis untuk memahamkan atau mengajarkan ilmu yang disebutkan oleh Allah dan Rasul-Nya sebagai fiqih, maka ini juga termasuk salah satu bentuk dzikir terbaik.”

📚 Majmu’ Fatawa 10/661

Dalam kehidupan sehari-hari, harta sering kali menjadi pusat perhatian, menjadi tujuan utama yang mendorong seseorang untuk berusaha keras mengejarnya. Namun, dalam pandangan Islam, harta bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Seorang muslim sejati memiliki sikap yang bijaksana terhadap harta, agar tidak terjerumus dalam perangkap kecintaan yang berlebihan terhadapnya.

BCA JUGA: Bagaimana Harta Itu Mengikuti Mayit?

Dalam sebuah riwayat yang sangat bermanfaat, ulama salaf menegaskan tentang bagaimana seharusnya seorang muslim memandang harta. Sebagaimana dikutip dari Majmu’ Fatawa, seorang muslim seharusnya mencari harta dengan hati yang lapang dan penuh qana’ah (kepuasan dengan apa yang ada). Hal ini penting agar Allah memberi berkah padanya dalam setiap usaha yang ia lakukan. Sebaliknya, jika mencari harta dengan tamak dan terburu-buru, maka ia justru akan terjerat oleh kehidupan yang tidak tenang.

Harta sebagai Sarana, Bukan Tujuan

Ulama salaf juga mengajarkan bahwa harta harus dipandang sebagaimana kita memandang kebutuhan yang sifatnya sementara, seperti toilet. Kita memerlukannya hanya untuk waktu tertentu, dan tidak menaruh perhatian khusus pada harta itu sendiri. Sama seperti kita memenuhi kebutuhan mendesak yang tidak boleh berlarut-larut, demikian pula dengan harta. Ia adalah sarana untuk kehidupan, namun bukan untuk disembah atau dijadikan tujuan utama dalam hidup.

Dalam konteks ini, Imam al-Ghazali rahimahullah menekankan bahwa kecintaan berlebihan terhadap harta akan menggerogoti hati dan mengalihkan fokus seorang muslim dari tujuan utama hidupnya, yaitu beribadah kepada Allah. Imam al-Ghazali juga menegaskan pentingnya sikap zuhud, yaitu hidup sederhana dan tidak terikat pada kenikmatan dunia. “Seseorang yang zuhud dalam hidupnya akan memperoleh ketenangan hati yang sejati,” ujarnya.

Menghindari Kecintaan Berlebihan pada Harta

Terkadang, kita terjebak dalam kehidupan yang hanya berfokus pada akumulasi harta. Kita merasa bahwa semakin banyak harta, semakin bahagia hidup kita. Padahal, dalam banyak kesempatan, harta justru bisa membawa kesulitan dan ujian, seperti yang Allah sebutkan dalam Al-Quran: “Dan ingatlah bahwa harta dan anak-anakmu adalah ujian bagimu…” (Q.S. At-Taghabun: 15).

Ketika seorang muslim menganggap harta sebagai sarana, bukan tujuan, ia akan mampu menjaga hatinya agar tidak terjerumus dalam sikap rakus atau serakah. Islam mengajarkan bahwa setiap rezeki yang datang adalah amanah dari Allah yang harus dipergunakan dengan bijaksana. Ia harus dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang halal, berinfak di jalan Allah, serta memberi manfaat bagi sesama.

Berusaha dengan Ikhlas, Tawakal pada Allah

Dalam menjalani kehidupan yang penuh ujian ini, seorang muslim harus senantiasa berusaha dengan maksimal namun tetap bertawakal kepada Allah. Seperti yang dikatakan oleh ulama besar, Sufyan al-Thawri rahimahullah: “Bekerja dengan niat yang ikhlas, meskipun sedikit, lebih baik daripada bekerja dengan tujuan yang salah, meskipun banyak.” Allah juga berjanji akan memberi rezeki kepada hamba-Nya yang berusaha dengan niat yang baik dan berserah diri sepenuhnya kepada-Nya.

BACA JUGA:  Jangan Terlalu Mencintai Harta

Dengan demikian, seorang muslim tidak akan terjerat dalam kecintaan berlebihan pada harta. Harta yang ia miliki akan menjadi alat untuk menggapai kehidupan yang lebih baik di dunia dan akhirat. Selalu ingat bahwa sesungguhnya dunia ini hanyalah tempat persinggahan sementara, dan segala yang ada padanya hanyalah ujian dari Allah.

Kesimpulan

Sikap seorang muslim terhadap harta adalah salah satu kunci kebahagiaan dalam kehidupan. Dengan hati yang lapang, berusaha dengan niat yang tulus, dan tidak terlalu terikat pada harta, seorang muslim akan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Seperti yang diajarkan oleh ulama salaf, harta adalah alat, bukan tujuan. Oleh karena itu, marilah kita menata hati kita, menjaga agar tidak tergelincir dalam cinta dunia, dan senantiasa bersyukur dengan apa yang kita miliki, karena hanya dengan qana’ah lah hati akan memperoleh ketenangan. []

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp: https://chat.whatsapp.com/CmhxXFTpO6t98yYERJBNTB
Instagram: https://www.instagram.com/humayro_media/
YouTube: https://www.youtube.com/@humayromedia
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61572918724311

Ikuti kami di Facebook Humayro. Satu tempat untuk pembelajaran tiada henti. Pembelajaran setiap hari. Pembelajaran sepanjang hayat.

Subscribe

Subscribe my Newsletter for new blog posts, tips & new photos. Let's stay updated!

Humayro.com – Belajar Sepanjang Hayat.  Kantor : Jalan Taman Pahlawan Gg. Ikhlas No. 2 RT18/RW 08 Purwakarta 41119