Home Baiti JannatiKepada Para Lelaki yang Lelah dalam Mencari Nafkah

Kepada Para Lelaki yang Lelah dalam Mencari Nafkah

Bekerja dan berusaha tidak hanya dipandang sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga sebagai sarana menunaikan amanah dari Allah.

by Abu Umar
0 comments 235 views

Islam adalah agama yang menempatkan keseimbangan antara dunia dan akhirat. Tidak hanya ibadah ritual seperti shalat, puasa, dan haji yang memiliki nilai di sisi Allah, tetapi juga aktivitas sehari-hari yang sering dianggap biasa, seperti bekerja mencari nafkah, ternyata memiliki derajat yang sangat tinggi di sisi-Nya.

Suatu ketika Rasulullah ﷺ bersama para sahabat melihat seorang laki-laki yang begitu ulet dan tekun bekerja. Seorang sahabat pun berkata, “Wahai Rasulullah, andai saja keuletannya itu dipergunakannya di jalan Allah.” Rasulullah ﷺ kemudian meluruskan persepsi tersebut dengan sabdanya yang penuh hikmah: “Apabila dia keluar mencari rezeki karena anaknya yang masih kecil, maka dia di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rejeki karena kedua orang tuanya yang sudah renta, maka dia di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rejeki karena dirinya sendiri supaya terjaga harga dirinya, maka dia di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rejeki karena riya’ dan kesombongan, maka dia di jalan setan.” (Al-Mundziri, At-Targhîb wa At-Tarhîb).

Dari hadis ini, kita belajar bahwa bekerja bukanlah sekadar memenuhi kebutuhan materi. Niat dan tujuan di balik kerja itu lah yang menjadi tolok ukur nilai ibadahnya. Ketika seseorang bekerja demi menunaikan tanggung jawab kepada keluarga, menjaga kehormatan diri, dan menjauhi sifat meminta-minta, maka ia sejatinya sedang menapaki jalan Allah.

BACA JUGA:  Apa Engkau Meninggalkan Nafkah yang Cukup untuk Keluargamu?

Islam memberikan penghargaan yang sangat besar kepada mereka yang bersungguh-sungguh mencari rezeki halal. Rasulullah ﷺ bersabda: “Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan mencari rejeki pada siang harinya, maka pada malam itu ia diampuni dosanya oleh Allah swt.” (HR. Ahmad). Betapa besar rahmat Allah kepada hamba-Nya yang berusaha dengan jujur dan sungguh-sungguh.

Dalam pandangan ulama salaf, bekerja dan berusaha tidak hanya dipandang sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga sebagai sarana menunaikan amanah dari Allah. Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menjelaskan bahwa seseorang yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan orang-orang yang menjadi tanggungannya, ia termasuk dalam golongan mujahid fi sabilillah.

Ibn Qudamah juga menyebutkan dalam Mukhtashar Minhajul Qashidin, bahwa mencari rezeki halal termasuk ibadah yang paling utama, selama diniatkan untuk kebaikan dan tidak melalaikan kewajiban kepada Allah.

Sungguh, Islam mengajarkan keseimbangan. Seorang muslim diperintahkan untuk menunaikan ibadah ritual kepada Allah, namun juga tidak melupakan tanggung jawab duniawi. Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia…” (QS. Al-Qashash: 77)

Ayat ini menegaskan bahwa dunia dan akhirat bukanlah dua hal yang harus dipertentangkan, melainkan saling melengkapi. Dunia menjadi ladang untuk menanam amal, sementara akhirat adalah tempat menuai hasilnya.

BACA JUGA:  Etika Mencari Nafkah

Dalam bekerja, kejujuran dan niat yang lurus adalah hal yang sangat penting. Sebab, meskipun aktivitasnya sama, nilainya di sisi Allah bisa sangat berbeda. Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya Allah mencintai apabila seseorang di antara kalian bekerja, maka ia menyempurnakan pekerjaannya.” (HR. Al-Baihaqi).

Oleh sebab itu, marilah kita perbaharui niat setiap kali melangkah mencari rezeki. Niatkan demi menunaikan tanggung jawab kepada keluarga, menjaga harga diri, membantu sesama, dan mendekatkan diri kepada Allah. Dengan demikian, setiap tetes keringat menjadi saksi ketaatan, dan setiap lelah menjadi sebab ampunan.

Akhirnya, semoga kita termasuk golongan yang menjadikan pekerjaan sebagai jalan menuju ridha Allah, bukan sekadar rutinitas duniawi. Karena bagi seorang muslim, tidak ada usaha yang sia-sia jika disertai niat yang baik dan keikhlasan hati. []

Referensi:
Al-Mundziri, At-Targhîb wa At-Tarhîb
HR. Ahmad
Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin
Ibn Qudamah, Mukhtashar Minhajul Qashidin
Al-Qur’an, QS. Al-Qashash: 77
HR. Al-Baihaqi

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp: https://chat.whatsapp.com/CmhxXFTpO6t98yYERJBNTB
Instagram: https://www.instagram.com/humayro_media/
YouTube: https://www.youtube.com/@humayromedia
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61572918724311

Ikuti kami di Facebook Humayro. Satu tempat untuk pembelajaran tiada henti. Pembelajaran setiap hari. Pembelajaran sepanjang hayat.

Subscribe

Subscribe my Newsletter for new blog posts, tips & new photos. Let's stay updated!

Humayro.com – Belajar Sepanjang Hayat.  Kantor : Jalan Taman Pahlawan Gg. Ikhlas No. 2 RT18/RW 08 Purwakarta 41119