Rambu-rambu Surga yang dijelaskan dalam al-Qur-an dan al-Hadits sangat jelas, dan inilah jalannya, mudah, rata, terdapat petunjuk dan penerang di sepanjang jalan menuju Surga.
Sekarang, kita akan menelusurinya. Maka itu marilah berjalan cepat menuju ke sana karena pintu Surga selalu terbuka bagi mereka yang mau menempuhnya.
Inilah jalannya, sebagaimana yang digambarkan oleh Nabi ﷺ dalam sabdanya yang singkat tapi padat ini:
حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ. ))
“Surga itu dikelilingi oleh hal-hal yang dibenci (manusia), sedangkan Neraka itu dikelilingi oleh nafsu syahwat yang menyenangkan.” (“Shahihul Jami’ no. 3142).
BACA JUGA:
Juga dalam sabda beliau ﷺ:
كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبِي قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَنْ يَأْبَى؟ قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى.))
“Setiap umatku akan masuk Surga, kecuali yang enggan.” Mereka bertanya: “Wahai Rasulullah, siapa yang enggan?”
Beliau bersabda: “Barang siapa taat kepadaku, niscaya dia akan masuk Surga, dan barang siapa durhaka kepadaku, berarti dia enggan (masuk Surga).” (HR. Al-Bukhari.)
(( لَقَد تَرَكْتُكُمْ عَلَى مِثْلِ الْبَيْضَاءِ، لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا، لَا يَزِيغُ عَنْهَا إِلَّا هَالِكُ ))
“Aku telah meninggalkan kalian di atas agama yang terang benderang, malamnya seperti siangnya. Tidak ada yang menyimpang darinya melainkan pasti binasa.” (Shahihul Jami (no. 58).
Nabi ﷺ telah menerangkan jalan tersebut dan menggambarkannya dengan gambaran yang sangat jelas bagi orang-orang yang berakal.
Maka itu, marilah wahai saudaraku! Kita sama-sama berjalan dalam keadaan bersaudara, saling mencintai dan bersahabat, serta tolong-menolong. Mari …, mari …!
Sesungguhnya jalan ini-wahai saudaraku-terangkai dalam empat kata, bagi mereka yang akan menempuhnya: dua negatif dan dua positif.
Dua yang negatif, yaitu syirik dan maksiat, dan dua yang positif, yaitu iman dan amal shalih.
Dari empat kata ini akan terbentuk jalan membawa ke Surga, negeri tempat tinggal dan kemuliaan.
Inilah dia, yang telah diisyaratkan oleh kalimat tauhid lâ ilâha illallah, Muhammadur Rasûlullah.
Makna la ilaha illallah adalah bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Dzat yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih. Maka hendaklah hanya Dia yang diibadahi dengan penuh keimanan dan keyakinan, menaati Allah dan Rasul-Nya dengan jujur dan keikhlasan yang sempurna.
Adapun makna Muhammadur Rasûlullah adalah bahwa Nabi Muhammad adalah utusan-Nya yang menerangkan cara beribadah kepada Allah di dunia ini. Tidak boleh seorang pun beribadah kepada Allah tanpa bimbingan dan penjelasan dari beliau ﷺ.
Mulai sekarang, wahai saudaraku, mari kita tempuh jalan tersebut dengan bimbingan kalimat lâ ilaha illallah, Muhammadur Rasûlullah.
Berikut ini lima tanda keimanan yang benar:
1. Hendaklah kita meyakini dengan teguh bahwasanya Pencipta kita adalah yang menciptakan alam ini. Dia yang menciptakan alam ini dan mengaturnya dengan kekuasaan-Nya, ilmu, kehendak, dan hikmah-Nya. Di alam ini tampak pengaruh sifat dan nama-Nya yang indah. Dengan kekuasaan-Nya, terjadilah alam ini, dengan ilmu-Nya, menjadi teraturlah keadaannya dan berjalan menuju tujuan-tujuannya dalam aturan yang rapi lagi indah.
2. Hendaklah kita meyakini, tak ada yang membantu Allah dalam menciptakan alam ini. Tidak ada yang ikut mengatur alam ini bersama-Nya. Karena apabila tidak demikian, niscaya akan muncul pertentangan di alam ini, dan pasti alam ini akan hancur binasa.
3. Hendaklah kita meyakini dengan seyakin-yakinnya bahwa ketika Allah tidak memiliki sekutu dalam penciptaan dan pengaturan alam, berarti tidak ada sekutu bagi-Nya dalam ketaatan dan peribadatan. Maka tidak selayaknya ada yang diibadahi bersama-Nya, apakah dia Malaikat, Nabi, atau makhluk yang lainnya; apakah ibadah itu shalat, doa, puasa, sembelihan, zakat, ataupun nadzar.
BACA JUGA:
4. Hendaklah kita meyakini dengan pasti bahwasanya Ilah (Tuhan) yang Agung ini sendirian dalam mencipta, mengatur, dan yang harus diibadahi dengan ikhlas, maka itu Dia adalah benar-benar sesembahan yang agung. Dia memiliki sifat-sifat yang suci, sempurna dan mulia. Kita menetapkan bagi-Nya yang Mahasuci apa yang telah Dia tetapkan bagi diri-Nya berupa sifat-sifat dalam Kitab-Nya. Kita menetapkan apa yang ditetapkan untuk-Nya oleh manusia yang paling mengenal Allah, yaitu Muhammad ﷺ tanpa menyerupakan-Nya dengan makhluk, memisalkan-Nya, menyimpangkan pengertiannya, dan menanyakan bagaimana bentuk-Nya.
5. Hendaknya kita meyakini dengan pasti bahwasanya kebutuhan manusia kepada para Rasul untuk menerangkan jalan menuju Surga memberi konsekuensi pengutusan kepada mereka dan penurunan Kitab kepada mereka.
Dari sini, diketahui bahwa wajib beriman kepada semua Kitab yang diturunkan oleh Allah kepada para Rasul-Nya, sebagaimana juga wajib beriman kepada Malaikat yang baik, qadar, hari Akhir, hisab dan pembalasan amal.
Dengan lima poin yang mencakup keimanan yang benar tersebut, berarti kita telah mengenal seperempat jalan menuju Surga. []
Sumber: Al-Jannatu Na’ïimuhaa wath Thariiqu Ilaiha Jahannamu Ahwaaluha wa Ahluhaa (Surga Neraka, Siapakah Calon Penghuninya?) / Penulis : Syaikh Ali Hasan Al-Halabi / Penerbit: Daar Ibnu Hazm lith Thibaah wan Nasyr wat Tauzi’ Beirut Lebanon / Pustaka Imam Syafi’i / Cetakan I 1424 H-2003 M – Cetakan Kelima Rabi’ul Awwal 1443 H/Oktober 2021 M
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: https://chat.whatsapp.com/CmhxXFTpO6t98yYERJBNTB
Instagram: https://www.instagram.com/humayro_media/
YouTube: https://www.youtube.com/@humayromedia
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61572918724311

