Doa Nabi Musa ‘alaihissalam yang termaktub dalam surah Thaha ayat 25–28 merupakan salah satu doa paling indah dan penuh makna dalam Al-Qur’an. Doa ini menggambarkan permohonan hamba kepada Tuhannya agar diberi kelapangan hati, kemudahan dalam setiap urusan, serta kefasihan dalam berbicara agar kebenaran bisa tersampaikan dengan jelas.
قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي
“Musa berkata: Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku agar mereka mengerti perkataanku.” (QS. Thaha: 25–28)
Doa yang Mengandung Hikmah Besar
Doa ini diucapkan Nabi Musa ‘alaihissalam ketika Allah memerintahkannya untuk menghadapi Fir’aun, seorang raja zalim yang mengaku sebagai tuhan dan menindas Bani Israil. Tugas dakwah itu bukanlah perkara ringan. Nabi Musa menyadari bahwa menghadapi kekuasaan besar tanpa pertolongan Allah adalah kelemahan yang nyata. Maka beliau memohon tiga hal penting: kelapangan dada agar kuat menghadapi ujian, kemudahan urusan agar dakwah berjalan lancar, dan kefasihan bicara agar pesan sampai dengan jelas.
BACA JUGA: Kenapa Nabi Musa Paling Banyak Dikisahkan dalam Al-Quran?
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di dalam Tafsir Taisir al-Karim ar-Rahman menjelaskan bahwa doa ini mencakup seluruh bentuk pertolongan yang dibutuhkan oleh seorang dai. Lapangnya dada berarti ketenangan hati dan kebijaksanaan dalam menghadapi penentangan. Kemudahan urusan mencakup segala bentuk kemudahan dari Allah dalam perjalanan dakwah. Sementara permintaan agar dilepaskan kekakuan lidah adalah simbol agar setiap ucapan menjadi jelas dan menembus hati pendengar.
Boleh Diamalkan oleh Umat Islam
Walaupun doa ini berasal dari Nabi Musa, para ulama sepakat bahwa umat Islam juga boleh mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Syaikh Sa’id bin Wahf al-Qahthani dalam kitab Ad-Du’a wa al-‘Ilaj bir-Ruqo menegaskan bahwa doa ini sangat bermanfaat, khususnya bagi para pendakwah, guru, atau siapa pun yang ingin menyampaikan kebenaran.
Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Al-Fawaid menuturkan bahwa doa-doa para nabi dalam Al-Qur’an bukan hanya untuk mereka semata, melainkan juga untuk menjadi pedoman umat sesudahnya. Siapa pun yang memohon kepada Allah dengan doa mereka akan mendapatkan bagian dari keberkahan yang sama.
Demikian pula Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah menyebutkan, “Tidak ada doa seorang nabi yang lebih menunjukkan kelembutan jiwa selain doa Nabi Musa. Ia memohon kelapangan hati sebelum kemenangan, kefasihan sebelum jawaban.” Hal ini mengajarkan bahwa kemenangan sejati dimulai dari ketenangan jiwa dan ketulusan niat dalam berdakwah.
BACA JUGA: Kisah Nabi Musa ‘Alaihis Salam dan Malaikat Maut
Makna Relevan Sepanjang Zaman
Bagi seorang muslim, doa Nabi Musa ini relevan di setiap waktu—baik ketika menghadapi kesulitan dalam belajar, bekerja, berbicara di depan umum, atau ketika ingin menyampaikan nasihat dengan bijak. Dengan doa ini, seorang hamba memohon agar Allah menuntun lidahnya, menenangkan hatinya, dan memudahkan segala urusannya.
Doa ini tidak hanya menjadikan seseorang pandai berbicara, tetapi juga menjadikannya bijak dalam berdakwah, sabar menghadapi tantangan, dan bergantung sepenuhnya kepada pertolongan Allah. []
Sumber Rujukan:
Al-Qur’an, Surah Thaha ayat 24–28
Taisir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan – Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di
Ad-Du’a wa al-‘Ilaj bir-Ruqo – Syaikh Sa’id bin Wahf al-Qahthani
Al-Fawaid – Ibnul Qayyim al-Jauziyyah
Zad al-Ma’ad – Ibnul Qayyim
Hilyatul Auliya’ – Abu Nu’aim al-Ashbahani
Ruaysho.com, “Doa Nabi Musa Ketika Diperintahkan Berdakwah kepada Fir’aun”
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: https://chat.whatsapp.com/CmhxXFTpO6t98yYERJBNTB
Instagram: https://www.instagram.com/humayro_media/
YouTube: https://www.youtube.com/@humayromedia
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61572918724311

