Home KajianTalbis Iblis terhadap Kaum Sufisthaiyah

Talbis Iblis terhadap Kaum Sufisthaiyah

Para ahli kalam itu berdiskusi, berdebat, serta menyatakan berbagai argumen untuk membantah mereka, padahal mereka tidak mengakui adanya hakikat maupun sesuatu yang nyata.

by Abu Umar
0 comments 137 views

Syaikh mengatakan: “Mereka (Sufisthaiyah) adalah kaum yang menisbatkan diri kepada lelaki bernama Sufistha. Mereka beranggapan bahwa segala sesuatu itu tidak punya hakikat; dan bahwa segala sesuatu yang menurut kita tidak mungkin, boleh jadi sesuatu itu akan terjadi dan boleh jadi pula tidak terjadi.”

Para ulama pernah mengajukan pertanyaan berikut kepada mereka: “Apakah pendapat kalian ini mempunyai hakikat, atau tidak? Jika kalian menjawab bahwa pendapat kalian tidak mempunyai hakikat dan kalian anggap bathil, maka bagaimana mungkin kalian bisa mengajak orang lain untuk meyakini pendapat yang tidak mempunyai hakikat? Seakan-akan dengan pendapat ini, kalian mengakui sendiri bahwa pendapat kalian tak boleh diterima. Namun jikalau kalian mengatakan pendapat kalian mempunyai hakikat, maka kalian telah meninggalkan mazhab kalian.”

Mengenai mazhab mereka, hal ini telah disebutkan Abu Muhammad al-Hasan bin Musa an-Nubakhti di dalam al-Ara’ wad Diyânât.

BACA JUGA: Talbis Iblis terhadap Para Penyair

Dia menyatakan: “Aku mendapati banyak ahli kalam melakukan kekeliruan besar dalam menyikapi kaum Sufisthaiyah. Para ahli kalam itu berdiskusi, berdebat, serta menyatakan berbagai argumen untuk membantah mereka, padahal mereka tidak mengakui adanya hakikat maupun sesuatu yang nyata. Bagaimana Anda bisa berbicara dengan orang yang punya keyakinan: ‘Aku tidak tahu apakah dia berbicara kepadaku atau tidak?’ Bagaimana Anda berdebat dengan orang yang mengklaim bahwa dia sendiri tidak tahu apakah dia ada atau tidak ada? Bagaimana Anda mengajak bicara orang yang beranggapan bahwa berbicara itu sama dengan diam dan yang benar sama dengan salah?”

An-Nubakhti melanjutkan: “Orang yang diajak dialog haruslah seseorang yang mengakui adanya sesuatu yang mendasar atau yang mempercayai adanya suatu perkara, sehingga sesuatu yang diakuinya itu bisa dijadikan sarana untuk meluruskan apa yang diingkarinya. Adapun orang yang tak mengakui hal tersebut, berdebat dengannya sama sekali tidak bermanfaat.”

Syaikh menerangkan bahwasanya perkataan an-Nubakhti itu telah dibantah oleh Abul Wafa bin Uqail; ia menegaskan: “Sejumlah pihak menyangsikan; bagaimana mungkin kami berdebat dengan mereka (penganut Sufisthaiyah), mengingat hasil tertinggi yang diwujudkan seorang pendebat tidak lain menjelmakan sesuatu yang semula ia masuk akal menjadi sesuatu yang berwujud konkret, yaitu dengan cara menyebutkan argumentasi-argumentasi bersama bukti-bukti nyata, serta menggunakan semua bukti tersebut untuk menunjukkan bahwa memang terdapat perkara ghaib (tidak kasat mata)! Namun mereka bukan kelompok yang mempercayai sesuatu yang konkret, sehingga mungkinkah mereka bisa diajak dialog?”

Abul Wafa melanjutkan: “Ini adalah perkataan orang yang kurang sabar. Tidak seyogianya kita berputus asa dalam menghadapi mereka (Sufishthaiyah), karena apa-apa yang menimpa mereka tidaklah lebih dari sekadar rasa waswas. Tidak sepantasnya dada kita terasa sempit demi dapat membimbing mereka, sebab mereka itu tidaklah lebih dari orang-orang yang tersesatkan karena watak menyimpang.

BACA JUGA:  Apakah Iblis dari Kalangan Malaikat?

“Perumpamaan kita dengan mereka hanyalah seperti satu orang pria yang memiliki anak dengan salah satu matanya bermasalah, hingga dia selalu melihat bulan berjumlah dua, hingga dia yakin bahwa di langit ada dua bulan. Sang ayah menegaskan kepadanya: ‘Bulan itu hanya ada satu, ada yang salah pada matamu. Tutuplah matamu yang bermasalah, dan lihatlah bulan itu lagi.’

Saat si anak melakukan apa yang diperintah ayahnya, dia lantas menyatakan: ‘Aku melihat bulan ada satu, sebab aku telah menutup salah satu mataku sehingga bulan selainnya tidak terlihat.’ Sang anak menyatakan syubhat kedua.

Sang ayah kembali menegaskan: ‘Jika memang benar seperti yang kamu nyatakan tadi, sekarang cobalah tutup matamu yang sehat.’ Si anak melakukannya, dan ternyata dia melihat bulan ada dua lagi. Dengan demikian, dia pun menyadari kebenaran perkataan ayahnya.” []

Sumber: Talbis Iblis, Tipu Muslihat dan Perangkap Iblis dalam Menjerumuskan Manusia ke Jurang Kehancuran,karya Ibnu Jauzi, Pustaka Imam As Syafi’i, Cetakan 2020 M

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp: https://chat.whatsapp.com/CmhxXFTpO6t98yYERJBNTB
Instagram: https://www.instagram.com/humayro_media/
YouTube: https://www.youtube.com/@humayromedia
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61572918724311

Ikuti kami di Facebook Humayro. Satu tempat untuk pembelajaran tiada henti. Pembelajaran setiap hari. Pembelajaran sepanjang hayat.

Subscribe

Subscribe my Newsletter for new blog posts, tips & new photos. Let's stay updated!

Humayro.com – Belajar Sepanjang Hayat.  Kantor : Jalan Taman Pahlawan Gg. Ikhlas No. 2 RT18/RW 08 Purwakarta 41119