Setiap Muslim tentu mendambakan akhir kehidupan yang baik — husnul khatimah. Sebab, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ, “Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada penutupnya.” (HR. Bukhari). Artinya, seberapa panjang usia seseorang, seberapa banyak amal yang dikerjakan, semuanya akan ditentukan oleh bagaimana ia menutup hidupnya. Husnul khatimah bukan semata hasil keberuntungan, melainkan buah dari keimanan yang kokoh, amal saleh yang istiqamah, dan hati yang senantiasa terikat kepada Allah Ta‘ala.
Para ulama salaf menegaskan bahwa husnul khatimah tidak mungkin diperoleh secara tiba-tiba. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Barang siapa yang membiasakan dirinya dalam ketaatan, maka Allah akan meneguhkannya di saat kematian.” Inilah sunnatullah dalam kehidupan: akhir yang baik selalu lahir dari perjalanan panjang dalam kebaikan. Karena itu, orang yang hidupnya dipenuhi dzikir, shalat, sedekah, dan amal ikhlas, akan dimatikan dalam keadaan yang sama — sebagaimana firman Allah, “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh di kehidupan dunia dan di akhirat.” (QS. Ibrahim: 27).
Tanda-tanda husnul khatimah pun telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadis, seperti meninggal dalam keadaan mengucap kalimat laa ilaaha illallah, wafat di hari Jumat, syahid di jalan Allah, atau berpulang dalam keadaan beramal saleh. Namun, yang paling penting bukanlah sekadar mengejar tanda-tanda itu, melainkan menjaga keikhlasan hati hingga akhir hayat. Sebab, sebagaimana pesan ulama besar Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah, “Husnul khatimah adalah rahasia yang Allah sembunyikan. Maka janganlah engkau tertipu oleh amalmu, karena engkau tidak tahu bagaimana akhir hidupmu.”
BACA JUGA: Sebab-sebab Su’ul Khatimah (Kematian yang Buruk)
Berikut beberapa tanda husnul khatimah berdasarkan keterangan-keterangan yang shahih:
1. Mengucapkan kalimat syahadat saat meninggal
Nabi bersabda:
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa perkataan terakhirnya “La ilaha illallah,” ia masuk surga.” (Riwayat Abu Dawud, hadist nomo 306)
2. Meninggal dengan keringat di dahi
Diriwayatkan dari Buraidah bin Khashib, suatu ketika ia berada di Khurasan, ia mengunjungi seorang saudara yang tengah sakit keras, ia menemuinya tengah sekarat dan di dahinya terdapat keringat, ia bertakbir lalu berkata: “Aku mendengar Rasulullah bersabda:
الْمُؤْمِنُ يَمُوتُ بِعَرَقِ الْجَبِينِ
“Orang mukmin meninggal dengan keringat di dahi.” (Riwayat At-Tirmidzi, hadits nomor 982, Ibnu Majah, hadits nomor 1452. dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih al-Jami’, hadits nomor 1188.)
3. Meninggal pada malam Jum’at atau pada siang harinya
Nabi bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلَّا وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ
“Tidaklah seorang muslim meninggal dunia pada hari Jum’at atau malam Jum’at melainkan Allah akan melin-dunginya dari fitnah kubur.”
4. Mati syahid di medan perang
Nabi bersabda:
لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللَّهِ سِتُّ خِصَالٍ يَغْفِرُ لَهُ فِي أَوَّلِ دُفْعَةٍ مِنْ دَمِهِ وَيُرَى مَقْعَدَهُ مِنْ الْجَنَّةِ وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَيَأْمَنُ مِنَ الْفَزَعِ الْأَكْبَرِ وَيُحَلَّى حُلَّةَ الْإِيمَانِ وَيُزَوَّجُ مِنْ الْحُورِ الْعِينِ وَيُشَقَّعُ
سَبْعِينَ إِنْسَانًا مِنْ أَقَارِبِهِ فِي
“Orang yang mati syahid mendapatkan enam hal di sisi Allah; dosa-dosanya diampuni sejak tetesan darah perta-manya, tempatnya di surga diperlihatkan, dilindungi dari siksa kubur, terhindar dari ketakutan terbesar, diberi pakaian iman, dinikahkan dengan bidadari dan memberi syafaat tujuh puluh kerabatnya.”
5. Mati saat perang di jalan Allah
Nabi bersabda:
مَنْ مَاتَ فِي سَبِيْلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ
“Barangsiapa mati di jalan Allah, ia syahid.”
6. Mati karena penyakit tha’un
Nabi bersabda:
الطَّاعُوْنُ شَهَادَةٌ لِكُلِّ مُسْلِمٍ
“Barangsiapa meninggal dunia karena tha’un, ia syahid.”
7. Mati karena penyakit perut
Nabi bersabda:
مَنْ مَاتَ فِي الْبَطْنِ فَهُوَ شَهِيدٌ
“Barangsiapa meninggal dunia karena penyakit perut, ia syahid.”
8-9. Mati karena tenggelam dan tertimpa bangunan
Nabi bersabda:
الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ الْمَطْعُونُ وَالْمَبْطُونُ وَالْغَرِيقُ وَصَاحِبُ الْهَدْمِ وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللهِ
“Syahid ada lima; orang yang mati karena tha’un, sakit perut, tenggelam, tertimpa bangunan dan yang meninggal di jalan Allah.”
10. Mati di masa nifas karena faktor anak
Nabi bersabda:
وَالْمَرْأَةُ يَقْتُلُهَا وَلَدُهَا جَمَعَاءَ شَهَادَةٌ يَجْرِهَا وَلَدُهَا بِسُرَرِهِ إِلَى الْجَنَّةِ
“Dan wanita yang mati karena anaknya yang terlahir sem-purna adalah wanita syahid, anaknya menyeretnya ke surga dengan tali pusarnya.”
11-12. Mati terbakar dan dzatul junub (Semacam bisul besar yang terdapat di lambung dan pecah kedalam, bukan keluar, penderita penyakit semacam ini jarang selamat. (Shahih Ibnu Hibban).
Nabi bersabda:
وَ صَاحِبُ ذَاتَ الْجُنُبِ شَهِيدٌ وَ الْمَبْطُونُ شَهِيدٌ وَ صَاحِبُ الْحَرِيقِ شَهِيدٌ
“Orang yang mati karena dzatul junub syahid, orang yang mati karena sakit perut syahid dan orang yang mati terbakar syahid.”
13. Mati karena mempertahankan harta yang hendak dirampas
Nabi bersabda:
مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ
“Barangsiapa terbunuh karena membela hartanya, ia syahid.”
BACA JUGA: Kisah-kisah Su’ul Khatimah
14-15. Mati karena membela agama dan membela diri
Nabi bersabda:
مَنْ قُتِلَ دُونَ دِينِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ دَمِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ
“Barangsiapa mati karena membela agamanya, ia syahid, barangsiapa mati karena membela nyawanya, ia syahid.”
16. Mati karena menjaga perbatasan di jalan Allah
Nabi bersabda:
رِبَاطُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامٍ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ وَإِنْ مَاتَ جَرَى عَلَيْهِ عَمَلُهُ الَّذِي كَانَ يَعْمَلُهُ وَأُجْرِيَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ وَأَمِنَ الْفَتَانَ
“Menjaga perbatasan sehari semalam lebih baik dari puasa dan qiyamullail sebulan, bila ia meninggal, amalan seperti yang biasa ia lakukan tetap berlaku baginya, ia diberi rizki dan dihindarkan dari penanya (kubur).”
17. Mati saat melakukan amal shalih
Nabi bersabda:
مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ خُتِمَ لَهُ بِهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ،
وَمَنْ صَامَ يَوْمًا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ خُتِمَ لَهُ بِهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةِ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ خُتِمَ لَهُ بِهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa mengucapkan: “La ilaha illallah” demi mengharap wajah Allah dan usianya ditutup dengan kalimat itu, maka ia masuk surga, barangsiapa puasa satu hari demi mengharap wajah Allah dan usainya ditutup dengan amalan itu, maka ia masuk surga dan barangsiapa menge-luarkan sedekah demi mengharap wajah Allah dan usainya ditutup dengan amalan itu, maka ia masuk surga.”
Semoga Allah berkenan menutup usia kita dengan khusnul khatimah, mewafatkan kita dalam keadaan muslim, menyertakan kita bersama orang-orang yang bertakwa di tempat yang aman, di dalam taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi, di sisi Tuhan yang berkuasa. []
Sumber: Ar-Riyad an-Naadirah fii Shahiih ad-Daaril Akhirah (Misteri Kematian – Menguak Fenomena Kematian & Rentetan Peristiwa Dahsyat Menjelang Kiamat / Penulis: Dr. Ahmad Musthafa Mutawalli / Cetakan Pertama: Rabiul Awwal 1439 H/Nopember 2017 M / Penerbit: Pustaka Dhiya’ul Ilmi
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: https://chat.whatsapp.com/CmhxXFTpO6t98yYERJBNTB
Instagram: https://www.instagram.com/humayro_media/
YouTube: https://www.youtube.com/@humayromedia
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61572918724311

