Home NasihatMulianya Kekayaan dan Hinanya Kefakiran

Mulianya Kekayaan dan Hinanya Kefakiran

Mereka sama sekali tidak bermalas-malasan untuk mencari nafkah demi kemaslahatan. Tidak segan-segan menikmati yang mubah dan halal tatkala ada.

by Abu Umar
0 comments 42 views

Saya melihat jerat dan tipuan setan yang paling besar, yaitu tatkala orang-orang kaya senantiasa dikepung angan-angan tiada berujung. Sepanjang hari dan waktu hanyut dalam kelezatan-kelezatan dunia yang mencegahnya untuk ingat pada alam akhirat.

Jika mereka telah termakan tipu daya setan-dengan cara menjadikan harta sebagai segalanya-selanjutnya setan menyuruh kikir. Muncul anggapan, bahwa harta itu adalah hasil usaha dan keringatnya semata. Itulah jerat setan yang paling ampuh dan kuat.

Setan lalu menyembunyikan tipu daya dan jeratnya itu dengan cara yang sangat samar. Dia menakut-nakuti kaum Mukmin untuk tidak mencari dan mengumpulkannya. Akibatnya, orang-orang yang cinta akhirat dijauhkan dari-nya. Orang-orang yang baru bertobat langsung melepas seluruh harta dari genggamannya.

Setan terus saja mengiming-iminginya agar berzuhud. Meninggalkan kerja. Menakut-nakuti orang yang hendak mencari jalan mendapat rezeki. Dimunculkan bayangan, bahwa itu adalah cara terbaik dan sangat mujarab untuk menjaga kebersihan agama. Di dalamnya terkandung tipu daya yang sangat mematikan dan memusnahkan.

BACA JUGA:  Siapa Orang Faqir Itu?

Bisa saja setan berbisik lewat guru-guru dan para alim anutan orang-orang yang bertobat, “Keluarkanlah hartamu dan masuklah ke dalam barisan orang yang zuhud. Jika engkau masih menyisakan makanan untuk makan siang dan makan malammu, engkau belumlah termasuk orang-orang yang zuhud. Engkau tak akan beroleh derajat kaum yang bersungguh-sungguh (ulul ‘azm).” Mungkin mereka termakan hadis-hadis yang tidak jelas kedudukannya.

Akhirnya, seluruh harta miliknya habis. la pun tidak lagi memiliki usaha. Lalu kembali pada keadaannya semula, ingin berteman dengan kawan-kawan lama. Pandangannya dihiasi anggapan, bahwa bergaul dengan penguasa adalah menyenangkan. la tak mampu lagi berzuhud kecuali hanya dalam hitungan hari, kemudian kembali pada tabiat awalnya.

la justru terjerumus pada jurang kesesatan yang lebih dalam. Agamanya lantas dijual untuk mendapatkan dunia. Agama laksana sapu tangan yang hanya dibuat untuk membersihkan kotoran.

Orang semacam ini berada di pihak yang terkalahkan, direndahkan, dan disingkirkan. Padahal, jika merenungi dan mengambil hikmah dari kisah orang-orang besar dan terhormat di masa lalu, ia akan tahu bahwa Nabi Ibrahîm al-Khalil memiliki sejumlah kekayaan. Bahkan, wilayah tempat tinggalnya menjadi sempit dipenuhi ternak peliharaan. Demikian juga Luth dan sebagian besar nabi, rasul, serta para sahabat. Mereka bersabar tatkala betul-betul harta dan kekayaannya memang telah tiada.

Mereka sama sekali tidak bermalas-malasan untuk mencari nafkah demi kemaslahatan. Tidak segan-segan menikmati yang mubah dan halal tatkala ada.

Abu Bakar melakukan bisnis saat Rasulullah masih hidup. Kebanyakan sahabat mengeluarkan kelebihan harta bendanya dan tak pernah mengambil dari kas negara (baitul-mal). Mereka memberikan harta kepada sahabat yang membutuhkan. Jika diberi sesuatu tak pernah menolak, namun tak pernah pula meminta.

BACA JUGA: Kekayaan bagi Seorang Muslim

Dahulu, sangatlah cukup bagi orang-orang yang menerjunkan diri sepenuhnya dalam kegiatan agama untuk mengambil bagian dari baitul-mal. Namun, tatkala kini tak ada lagi baitul-mal, tak ada cara lain bagi orang yang mengaku beragama-namun tanpa usaha-kecuali harus menjual agamanya. Alangkah celakanya jika ia sampai menjual agama dan tak menghasilkan apa-apa.

Oleh sebab itu, wajiblah bagi orang yang cerdas untuk memelihara apa yang dimilikinya. Rajinlah berusaha untuk tidak membuka peluang bagi kezhaliman atau penghinaan orang-orang yang bodoh.

Mereka bukanlah pahlawan, tetapi barisan orang yang berpura-pura zuhud. Pahlawan adalah sosok yang selalu berusaha untuk memberi dan bukan minta diberi. Bersedekah, bukan minta disedekahi. Mereka adalah pahlawan-pahlawan pemberani. []

Sumber: Shaidul Khatir, Cara Manusia Cerdas Menang dalam Hidup, karya Imam Ibnu Al Jauzi, Penerbit Maghfirah Pustaka, Cetakan Juni 2022

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp: https://chat.whatsapp.com/CmhxXFTpO6t98yYERJBNTB
Instagram: https://www.instagram.com/humayro_media/
YouTube: https://www.youtube.com/@humayromedia
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61572918724311

Ikuti kami di Facebook Humayro. Satu tempat untuk pembelajaran tiada henti. Pembelajaran setiap hari. Pembelajaran sepanjang hayat.

Subscribe

Subscribe my Newsletter for new blog posts, tips & new photos. Let's stay updated!

Humayro.com – Belajar Sepanjang Hayat.  Kantor : Jalan Taman Pahlawan Gg. Ikhlas No. 2 RT18/RW 08 Purwakarta 41119