Setiap manusia tentu mendambakan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat. Namun, tidak semua orang memahami dari mana sumber kebahagiaan itu berasal. Sebagian mengira kebahagiaan hanya bisa diraih dengan harta, kekuasaan, atau kedudukan. Padahal, para ulama telah menjelaskan bahwa hakikat kebahagiaan bukan sekadar perkara lahiriah, tetapi perkara hati yang terhubung dengan Allah Ta’ala.
Syaikh Shalih Alu asy-Syaikh حفظه الله berkata,
“إن أصول السعادة أن يجمع المرء في حياته ثلاثة أشياء يحققها جميعاً،ويجاهد نفسه في تحقيقها،أما هذه الثلاثه ، فهي:
▪️️أن الله عزوجل أعطانا،وأوجب علينا الشكر.
▪️وابتلانا وأوجب علينا الصبر تجاه البلوى.
▪️وحصل منا ذنوب وخطايا وأوجب علينا الإستغفار.
فهذه الثلاثة عنوان السعادة وسبيل السعادة في الدنيا والأخرى.”
“Pokok kebahagiaan adalah seseorang mengumpulkan tiga perkara yang dia realisasikan semua perkara itu dalam kehidupannya dan dia pun berjuang melawan hawa nafsunya untuk mewujudkannya. Tiga hal tersebut adalah,
1. Bersyukur atas Nikmat Allah
Syukur merupakan kunci utama kebahagiaan. Dengan bersyukur, hati menjadi tenang dan senantiasa merasa cukup atas pemberian Allah. Nikmat Allah tidak terhitung banyaknya, sebagaimana firman-Nya: “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan dapat menghitungnya.” (QS. Ibrahim: 34).
BACA JUGA: Istighfar: Kunci Turunnya Rahmat dan Rezeki
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Syukur itu separuh agama, sedangkan sabar adalah separuh lainnya.” Syukur tidak hanya diwujudkan dengan ucapan alhamdulillah, tetapi juga dengan menggunakan nikmat sesuai perintah Allah, baik nikmat harta, waktu, ilmu, maupun kesehatan.
2. Bersabar dalam Ujian
Hidup tidak selalu berjalan sesuai harapan. Ada kalanya seseorang diuji dengan kesempitan, musibah, atau kesedihan. Justru di situlah letak ujian keimanan: apakah ia bersabar ataukah berputus asa. Allah Ta’ala berfirman, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155).
Al-Hasan al-Bashri rahimahullah pernah berkata, “Kesabaran adalah gudang dari gudang-gudang iman, dan tidak diberikan kepada seorang hamba sesuatu yang lebih utama daripada kesabaran.” Dengan bersabar, seorang mukmin tidak hanya menjaga hatinya dari keluh kesah, tetapi juga mendapatkan pahala besar di sisi Allah.
3. Beristighfar atas Dosa
Tidak ada manusia yang luput dari kesalahan. Maka istighfar menjadi pintu besar menuju kebahagiaan. Dengan istighfar, dosa dihapuskan, hati disucikan, dan pintu rezeki dilapangkan. Allah berfirman dalam QS. Nuh: 10–12, “Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Rabbmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit atasmu, dan memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.”
BACA JUGA: Tanda-Tanda Kebahagiaan Sejati Menurut Imam Asy-Syathiby
Imam Ibnul Mubarak rahimahullah berkata, “Betapa banyak amal kecil menjadi besar karena niatnya, dan betapa banyak amal besar menjadi kecil karena niatnya. Dan istighfar itu termasuk amal yang besar jika keluar dari hati yang ikhlas.”
Penutup
Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada dunia yang fana, melainkan dalam hati yang senantiasa bersyukur, bersabar, dan beristighfar. Tiga hal inilah yang menjadi penopang kebahagiaan seorang hamba, baik ketika hidup di dunia maupun kelak di akhirat.
Sebagaimana perkataan ulama salaf, “Barangsiapa yang diberi taufik untuk bersyukur ketika mendapat nikmat, bersabar ketika mendapat musibah, dan beristighfar ketika berbuat dosa, maka sungguh ia telah meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.” []
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: https://chat.whatsapp.com/CmhxXFTpO6t98yYERJBNTB
Instagram: https://www.instagram.com/humayro_media/
YouTube: https://www.youtube.com/@humayromedia
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61572918724311

