Di suatu hari yang tenang di Madinah, Rasulullah ﷺ berjalan melewati halaman masjid. Angin gurun berhembus lembut, membawa aroma debu dan tanah suci. Beliau menatap sekeliling, menelusuri pandangan ke setiap sudut tempat yang selama ini menjadi pusat cahaya bagi umat. Namun hari itu, ada sesuatu yang berbeda. Ada kekosongan halus yang terasa — seolah sebagian kecil dari keseharian masjid telah hilang.
Beliau terdiam sejenak, lalu bertanya kepada para sahabat yang berada di dekatnya, “Di mana wanita berkulit hitam yang biasa membersihkan masjid ini?”
Para sahabat saling berpandangan, kemudian dengan nada pelan menjawab, “Wahai Rasulullah, ia telah meninggal dunia.”
BACA JUGA: Ketika Umar bin Khattab Temui Rasulullah Tidur di Atas Tikar, Hati di Atas Langit
Seketika wajah Rasulullah ﷺ tampak teduh, namun matanya memantulkan kesedihan. Dengan lembut beliau bertanya, “Mengapa kalian tidak memberitahukannya kepadaku?”
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang mendampingi beliau kala itu berkata, “Seakan-akan kami menganggap perkara itu kecil, wahai Rasulullah.”
Namun tidak ada yang kecil di mata Nabi ﷺ bila itu menyangkut hamba yang beramal dengan ikhlas.
Maka beliau pun bersabda, “Tunjukkanlah kepadaku kuburannya.”
Para sahabat pun memimpin langkah Rasulullah menuju tanah pemakaman yang sederhana di pinggiran Madinah. Langkah beliau penuh ketenangan, namun di baliknya ada gelombang kasih yang luas — kasih untuk seorang wanita yang mungkin tak dikenal banyak orang, namun dikenal oleh langit karena kebersihan niatnya.
Sesampainya di kubur, Rasulullah ﷺ berdiri di hadapannya. Angin berhenti sejenak, seolah bumi pun menunggu. Lalu beliau mengangkat tangannya dan menunaikan shalat jenazah untuk wanita itu — doa yang terlambat di dunia, namun tepat waktu di sisi Allah.
Usai shalat, beliau menatap tanah itu dengan mata penuh makna dan bersabda: “Sesungguhnya kuburan ini diliputi kegelapan bagi penghuninya, dan sungguh Allah akan menerangi mereka dengan doaku atas mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kata-kata itu turun seperti hujan rahmat. Seakan butir cahaya jatuh menembus tanah, menyentuh ruh yang kini beristirahat dalam damai.
BACA JUGA: Kecintaan Para Sahabat terhadap Rasulullah
Dalam kisah ini, Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa kemuliaan tidak selalu berwajah terang, dan kebaikan tidak selalu bersuara lantang. Wanita itu mungkin tak dikenal di pasar, tak disebut dalam majelis, namun ia dikenal oleh Allah — karena setiap debu yang disapunya dari rumah-Nya menjadi saksi pengabdian yang tulus.
Dari kejadian itu, para sahabat belajar: tidak ada amal yang remeh jika dilakukan dengan ikhlas. Tidak ada hamba yang kecil di sisi Allah jika hatinya besar dalam taat.
Maka berbahagialah mereka yang diam-diam menjaga rumah Allah, yang tak dikenal di bumi tapi disebut di langit. Sebab, mungkin di antara yang dianggap kecil oleh manusia, di sanalah Allah menyimpan cahaya yang besar. []
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: https://chat.whatsapp.com/CmhxXFTpO6t98yYERJBNTB
Instagram: https://www.instagram.com/humayro_media/
YouTube: https://www.youtube.com/@humayromedia
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61572918724311

