Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dy rahimahullah berkata :
فالعبد الموفق يستعين ربه على دفع المعاصي وأسبابها، كما يستعين به عند فعل الطاعات والخيرات، والله كافي المتوكلين.
Seorang hamba yang diberi taufik akan meminta pertolongan kepada Allah untuk menghindarkan dirinya dari kemaksiatan dan pintu-pintunya. Demikian pula, dia meminta pertolongan kepada-Nya ketika hendak mengerjakan kataatan dan kebaikan. Allah akan mencukupi orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.
📚 Taisir al-Lathif al-Mannan hlm. 280
Nasihat ini mengandung makna yang sangat mendalam tentang ketergantungan total seorang hamba kepada Allah dalam seluruh aspek hidupnya — baik ketika berusaha menjauhi dosa maupun ketika ingin menegakkan ketaatan. Seorang hamba yang benar-benar mengenal Tuhannya akan menyadari bahwa kekuatan dirinya amat lemah tanpa pertolongan dari Allah. Ia tidak bisa menjaga diri dari maksiat tanpa penjagaan Allah, dan tidak mampu berbuat taat tanpa taufik dari-Nya.
BACA JUGA: Yakin akan Pertolongan Allah
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan, “Sesungguhnya di antara tanda taufik Allah kepada seorang hamba adalah ketika Allah menjadikannya selalu bergantung kepada-Nya dalam setiap urusan, dan tidak merasa cukup dengan dirinya sendiri.” (Madarijus Salikin, 2/146)
Inilah makna hakiki dari isti’anah (meminta pertolongan kepada Allah) sebagaimana terkandung dalam firman-Nya: “Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.” (QS. Al-Fatihah: 5)
Para ulama salaf pun telah menegaskan pentingnya kesadaran ini. Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata:
“Janganlah engkau merasa aman dari maksiat sekecil apa pun, karena mungkin dari dosa kecil itulah datang murka Allah yang besar. Dan jangan pula engkau meremehkan ketaatan kecil, karena bisa jadi dari situlah datang ridha Allah yang besar.”
Perkataan ini mengingatkan bahwa meninggalkan maksiat bukan semata hasil kekuatan diri, tetapi karena pertolongan dan penjagaan Allah. Sebab banyak orang mengetahui dosa itu buruk, namun tetap terjerumus di dalamnya. Maka hamba yang diberi taufik akan segera berlindung kepada Allah sebelum hatinya condong pada keburukan.
BACA JUGA: 5 Kunci Kesabaran agar Terhindar dari Maksiat
Ibn Rajab al-Hanbali rahimahullah juga menasihatkan: “Tidak ada daya dan kekuatan untuk taat kecuali dengan pertolongan Allah, dan tidak ada kemampuan untuk meninggalkan maksiat kecuali dengan penjagaan-Nya.” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2/456)
Inilah hakikat tawakal yang benar: bersandar penuh kepada Allah dalam menghadapi godaan maksiat, dan bersandar pula kepada-Nya dalam menjalankan kebaikan. Hamba yang bertawakal akan merasakan kecukupan dari Allah sebagaimana janji-Nya: “Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Dia akan mencukupinya.” (QS. Ath-Thalaq: 3)
Maka, apabila seseorang ingin dijauhkan dari dosa dan dimudahkan dalam ketaatan, hendaklah ia senantiasa berdoa, memohon perlindungan, dan bertawakal kepada Rabb-nya. Sebab, hanya Allah-lah yang mampu menjaga hati, menguatkan niat, dan menuntun langkah menuju ridha-Nya. []
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: https://chat.whatsapp.com/CmhxXFTpO6t98yYERJBNTB
Instagram: https://www.instagram.com/humayro_media/
YouTube: https://www.youtube.com/@humayromedia
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61572918724311

