Oleh: Ustadz Boris Tanesia
“Aku sibuk…” kataku.
Namun ternyata aku masih punya waktu untuk berselancar di media sosial, nulis status, update story, share ini dan itu, berkomentar sana sini, berbalas pesan, bahkan jalan-jalan dan olahraga ketika liburan.
“Tapi itu kan bukan kewajiban…” jawabku.
Padahal aku sudah paham kemuliaan menghafal Al Qur’an, derajat tinggi yang Allah sediakan bagi para penghafal Al Qur’an.
BACA JUGA: Aku dan Waktuku
“Aku sulit menghafal…” tambahku lagi.
Padahal Al Fatihah dan surat surat pendek bisa kuhafal. Bukan, bukan karena sulit menghafal, sebetulnya ini lebih ke masalah tekad dan kemauan. Pun, seandainya betul sulit untuk menghafal, bukankah ini akan membuatku terus berinteraksi dengan Al Qur’an?
“Hafalanku lama sekali bertambahnya…” sanggahku kali ini.
BACA JUGA: Saudaraku, Ketuklah Pintu Langit
Padahal, seandainya pun aku mati dengan belum menyelesaikan hafalan Al Qur’an, setidaknya aku mati dalam keadaan berusaha. Usaha yang tak akan sia-sia, jika ikhlas, Allah pasti akan memberikan pahala.
Ah, memang begitulah diriku,
Selalu banyak alasan untuk tidak menambah hafalan Al Qur’an. []
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: https://chat.whatsapp.com/CmhxXFTpO6t98yYERJBNTB
Instagram: https://www.instagram.com/humayro_media/
YouTube: https://www.youtube.com/@humayromedia
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61572918724311

