Home Yaumul HisabBagaimana Orang-orang Shaleh Mengingat Kematian

Bagaimana Orang-orang Shaleh Mengingat Kematian

Hai orang yang selalu menghimpun harta! Hai orang-orang yang mendirikan bangunan. pencakar langit, saat itu kamu sudah tidak punya harta sama sekali, hanya beberapa lembar kain kafan, itu pun sebentar lagi pasti akan rusak.

by Abu Umar
0 comments 111 views

Yazid ar-Raqasyi pernah berkata pada dirinya sendiri, “Yazid, Yazid. Celaka kamul Setelah kamu meninggal nanti, siapa yang mau shalat untukmu? Siapa yang sudi berpuasa atas namamu? Dan, siapa yang bersedia memintakan keridaan Allah atas namamu?” Selanjutnya dia berkata, “Hai manusia, mengapa kalian tidak menangisi sisa hidup kalian yang tinggal berapa lama lagi? Kalian akan dijemput sang maut, di mana kubur akan menjadi rumahnya, beralaskan tanah dan bertemankan cacing.”

Merasa dicekam oleh rasa takut yang luar biasa, Yazid pun menangis lalu jatuh pingsan.

At-Taimi juga berkata, “Ada dua hal yang pasti akan melenyapkän kenikmataan dunia dariku, yakni ingat mati dan ingat ketika kita akan berhadapan dengan Allah Ta’ala.”

Khalifah Umar bin Abdul Aziz pernah mengumpulkan para ulama. Mereka satu sama lain saling mengingatkan tentang kematian, kiamat, dan akhirat. Saat itu, mereka menangis seakan-akan jenazah orang tercinta berada di hadapan mereka.

Abu Nu’aim berkata, jika Sufyan ats-Tsauri mengingat mati, selama berhari-hari ia kelihatan bersedih dan wajahnya tampak murung. Setiap kali ditanya tentang sesuatu, ia hanya menjawab, “Saya tidak tahu, saya tidak tahu.”

BACA JUGA: Sebab-sebab Su’ul Khatimah (Kematian yang Buruk)

Asbath berkata, suatu hari Nabi ﷺ mendengar beberapa orang sahabatnya memuji muji kehebatan seseorang. Beliau lalu bertanya kepada mereka, “Apakah ia sering mengingat mati? Mereka menjawab, “Tidak sama sekali Beliau lalu bersabda, “Kalau begitu, mereka tidak sehebat yang kalian katakan.”

Ad-Daqqaq berkata, “Barangsiapa sering mengingat mati, maka dia akan dimuliakan dengan tiga hal. Yakni, menyegerakan bertobat, hati yang gana’ah (menerima apa adanya), dan semangat dalam beribadah. Dan, barangsiapa yang lupa akan kematian, maka dia akan diberi sanksi dengan tiga hal. Yakni, menangguhkan bertobat, tidak puas dengan pemberian Allah, dan malas beribadah.”

Hai orang yang tertipu akan kematian dan sakaratul maut. Kematian adalah janji yang pas-ti akan ditepati. Kematian adalah hakim yang adil. Kematian adalah luka. Kematian membuat mata menangis. Kematian mengakibatkan per-pisahan. Kematian melenyapkan kenikmatan-kenikmatan. Dan, kematian juga memutuskan harapan serta angan-angan. Pernahkah kamu memikirkan kematianmu, hai anak cucu Adam? Itulah saat di mana kamu harus berpindah dari tempatmu di dunia yang lapang ke sebuah liang lahad yang sangat sempit, dan teman-temanmu yang terdekat sekalipun tega mengkhianatimu dengan tidak berbuat apa-apa. Saudara serta handai tolanmu juga semua pergi meninggal-kanmu. Sedangkan kamu pada saat itu mening-galkan pakaianmu yang mewah, berganti dengan pakaian tanah yang kotor.

Hai orang yang selalu menghimpun harta! Hai orang-orang yang mendirikan bangunan. pencakar langit, saat itu kamu sudah tidak punya harta sama sekali, hanya beberapa lembar kain kafan, itu pun sebentar lagi pasti akan rusak. Tubuhmu lalu dimakan tanah. Lalu, di manakah harta yang selama ini kamu tumpuk? Apakah ia akan dapat menyelamatkanmu da ri hura-hara? Tidak Tetapi, kamu tinggalkan (hartamu) untuk orang yang justru tidak berte rimakasih kepadamu. Sementara dosa-dosamu kamu ajukan kepada Allah yang pasti tidak mau menerima alasanmu.

“Dan, carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (QS al-Qashash: 77)

Bagus sekali orang yang menafsirkan fir-man Allah itu, dengan mengatakan, “Carilah sur-ga di negeri akhirat dengan apa yang telah Allah berikan kepadamu di dunia ini. Seorang mukmin harus dapat mengelola dunia untuk kepentingan akhirat bukan yang lain. Jadi, seolah-olah di katakan kepadanya, “Janganlah kamu lupa bah wa kamu pasti akan meninggalkan seluruh har-tamu, kecuali satu bagimu, yakni kain kafan. Dalam hal ini seorang penyair berkata,

BACA JUGA: Ketika Nabi Adam Memberitahu Hawa tentang Kematian Anaknya

“Bagianmu dari seluruh hartamu
yang dikumpulkan sepanjang hidupmu
hanyalah dua lapis kain kafan
yang membungkus tubuhmu
dan sebutir obat pengawet tubuh.”

Penyair lain mengatakan,
“Adalah sıfat qana’ah
yang tidak bisa kamu carikan gantinya
di situ ada banyak kenikmatan
di situ ada yang menyenangkan badan
lihat, orang paling kaya di dunia sekalipun
apakah ia akan diusung ke kubur
tanpa kain kafan?” []

Sumber: At-Tadzkirah, Keindahan Menghadapi Kematian /Penyusun: Imam al-Qurthubi / Penerbit JABAL / Cetakan Pertama: September 2020

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp: https://chat.whatsapp.com/CmhxXFTpO6t98yYERJBNTB
Instagram: https://www.instagram.com/humayro_media/
YouTube: https://www.youtube.com/@humayromedia
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61572918724311

Ikuti kami di Facebook Humayro. Satu tempat untuk pembelajaran tiada henti. Pembelajaran setiap hari. Pembelajaran sepanjang hayat.

Subscribe

Subscribe my Newsletter for new blog posts, tips & new photos. Let's stay updated!

Humayro.com – Belajar Sepanjang Hayat.  Kantor : Jalan Taman Pahlawan Gg. Ikhlas No. 2 RT18/RW 08 Purwakarta 41119