Home KajianEmpat Golongan Pemberi Sedekah — Siapakah Kita di Antaranya?

Empat Golongan Pemberi Sedekah — Siapakah Kita di Antaranya?

Empat golongan ini adalah cermin bagi hati kita. Maka bertanyalah pada diri sendiri: ketika kita memberi, untuk siapa sebenarnya pemberian itu?

by Abu Umar
0 comments 44 views

Sedekah adalah amalan yang mulia. Ia menumbuhkan kasih sayang, membersihkan hati, dan menjadi sebab turunnya rahmat Allah. Namun, sebagaimana ibadah lainnya, sedekah pun berbeda nilainya di sisi Allah tergantung pada niat dan cara seseorang memberikannya.

Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an — khususnya dalam Surat Al-Baqarah dan Surat An-Nisa — menggambarkan empat golongan manusia dalam memberi, dari yang paling tercela hingga yang paling mulia. Mari kita renungkan satu per satu.

1. Tidak Memberi — Si Pelit yang Tercela

Golongan pertama adalah mereka yang tidak memberi sama sekali, meski mampu. Inilah orang-orang yang disebut Allah dalam Surat An-Nisa sebagai orang bakhil dan tercela.

Allah Ta’ala berfirman: “Dan orang-orang yang kikir serta menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia yang Allah berikan kepada mereka, maka Kami sediakan bagi mereka azab yang menghinakan.” (QS. An-Nisa: 37)

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Tidak ada yang lebih berbahaya bagi hati daripada kekikiran. Karena bakhil adalah penyakit yang menghalangi seseorang dari kebaikan dunia dan akhirat.”

Bakhil bukan hanya soal harta, tetapi juga soal hati yang enggan berbagi dan enggan memberi manfaat kepada sesama.

BACA JUGA:  Imam Hasan Al-Bashri tentang Sedekah, Pasar

2. Memberi dengan Kebencian — Mengungkit dan Menyakiti

Golongan kedua adalah orang yang memberi, namun dengan hati yang tidak ikhlas. Ia memberi sambil mengungkit, menyakiti penerima, atau merasa lebih tinggi darinya.

Allah telah mengingatkan dalam firman-Nya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia…” (QS. Al-Baqarah: 264)

Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah menasihati: “Tidaklah amal diterima kecuali dengan dua perkara: ikhlas dan benar. Ikhlas adalah karena Allah, dan benar adalah sesuai dengan sunnah.”

Maka sedekah yang diiringi kebencian atau celaan bukanlah amal kebaikan, tetapi ujian bagi hati yang masih terikat oleh keangkuhan.

3. Memberi karena Riya — Amal yang Hampa

Golongan ketiga adalah mereka yang memberi agar dilihat dan dipuji manusia. Mereka beramal bukan untuk Allah, melainkan demi nama dan sanjungan.

Allah menggambarkan mereka dalam dua surat sekaligus, Al-Baqarah dan An-Nisa, sebagai orang yang berinfak agar dipuji manusia, namun tidak beriman kepada Allah dan hari akhir.

Ibn Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Berapa banyak amal kecil yang menjadi besar karena niatnya, dan berapa banyak amal besar yang menjadi kecil karena niatnya.”

Riya membuat sedekah kehilangan ruhnya. Ia tampak indah di mata manusia, tapi kosong di sisi Allah.

4. Memberi Karena Allah — Golongan yang Mulia

Inilah golongan tertinggi — orang yang memberi semata-mata karena mencari ridha Allah, bukan karena pamrih, bukan karena gengsi.

Mereka memberi dengan hati yang yakin, sebagaimana Allah firmankan: “Dan orang-orang yang menafkahkan hartanya karena mencari keridaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya.” (QS. Al-Baqarah: 265)

BACA JUGA: Setelah Gajian, Jangan Lupa Sedekah-lah!

Al-Hasan al-Bashri rahimahullah berkata: “Seorang mukmin berinfak dengan hati yang takut tidak diterima, sedangkan orang munafik berinfak dengan hati yang merasa cukup bangga atas amalnya.”

Inilah derajat para dermawan sejati — mereka yang memberi tanpa ingin dikenal, menyembunyikan sedekah mereka sebagaimana mereka menyembunyikan dosa-dosa mereka.

Penutup

Empat golongan ini adalah cermin bagi hati kita. Maka bertanyalah pada diri sendiri: ketika kita memberi, untuk siapa sebenarnya pemberian itu?

Sufyan ats-Tsauri rahimahullah berkata: “Aku tidak pernah mengobati sesuatu yang lebih berat daripada niatku. Karena niat terus berubah hingga aku bisa meluruskannya kembali.”

Semoga Allah menjadikan kita termasuk golongan keempat — yang memberi karena Allah, bukan karena manusia. Karena sesungguhnya, ikhlas adalah rahasia antara hamba dan Rabb-nya, dan hanya Dia yang tahu seberapa murni niat kita saat tangan memberi. []

Sumber: Tazkiatun Nafs, Menyucikan Jiwa dan Mencerminkan Hati dengan Akhlak yang Mulia, Karya: Saikhul Islam Ibnu Taimiyah, Penerbit Darus Sunnah, Jakarta Timur,  Cetakan 2022

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp: https://chat.whatsapp.com/CmhxXFTpO6t98yYERJBNTB
Instagram: https://www.instagram.com/humayro_media/
YouTube: https://www.youtube.com/@humayromedia
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61572918724311

Ikuti kami di Facebook Humayro. Satu tempat untuk pembelajaran tiada henti. Pembelajaran setiap hari. Pembelajaran sepanjang hayat.

Subscribe

Subscribe my Newsletter for new blog posts, tips & new photos. Let's stay updated!

Humayro.com – Belajar Sepanjang Hayat.  Kantor : Jalan Taman Pahlawan Gg. Ikhlas No. 2 RT18/RW 08 Purwakarta 41119