Ikhlas merupakan wujud nyata dari “syahadat bahwa tidak ada tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah.” dan ittiba merupakan wujud nyata dari “syahadat bahwa Muhammad adalah Rasulullah.”
Karenanya, Fudhail bin ‘lyad ketika menerangkan firman Allah
لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا )
“Siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS. Al-Mulk: 2)
Beliau berkata, “Yakni, yang paling ikhlas dan yang paling benar amalannya.”
Kemudian seseorang bertanya kepadanya, “Ya Abu Ali, Apa itu yang paling ikhlas dan yang paling benar?”
Beliau menjawab, “Sesungguhnya amal yang ikhlas namun tidak benar, tidak akan diterima, dan amal yang benar namun tidak ikhlas, tidak akan diterima hingga amal tersebut ikhlas dan benar. Ikhlas adalah amalan yang ditujukan hanya untuk Allah, sedangkan amalan yang benar adalah yang sesuai dengan sunah.” (HR. Abu Nu’aim di dalam al-Hilyah (8/95)
BACA JUGA: Syarat Diterimanya Ibadah
Sabda Rasulullah,
وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ، وَرُوحُ مِنْهُ
“Bersaksi bahwa Nabi Isa adalah hamba Allah Rasul-Nya, putra hamba-Nya, dan kalimah Allah yang Dia letakkan pada Maryam dan ruh dari-Nya.”
Di dalam hadis ini nama Isa Al-Masih disebut tetapi tidak dengan nabi-nabi yang lain, karena orang-orang yang sesat (orang Nasrani) memiliki klaim yang mengada-ada terhadap dirinya. Di antara mereka ada yang menjadikan Isa Al-Masih sebagai Tuhan, anak Tuhan, keyakinan trinitas, atau bahkan ada yang merendahkannya hingga pada posisi yang paling menghinakan
Sedangkan kebenaran itu selalu berada di tengah, tidak terlalu menyakralkan dan tidak menghinakan, tidak melampaui batas (ifrat) dan tidak jatuh pada taraf ekstrem (tafrit). Inilah sebabnya mengapa syahadat di kalangan umat Islam bersifat moderat, tidak berlebihan dan tidak pula ekstrem واذ بي عند الله ورسولة Bersaksi bahwa Nabi Isa adalah hamba Allah dan utusan-Nya” Artinya Isa alaihisalam sebagai seorang hamba sehingga dia tidak disembah juga tidak dipertuhankan, dan meyakini Isa ‘alaihisalám sebagai seorang Rasul sehingga dia tidak dihinakan dan tidak didustai, melainkan untuk ditaati dan diikuti.
Sabda Rasulullah
وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ
“Dan kalimah Allah yang Dia letakkan pada Maryam.”
Isa adalah kalimat Allah. Yakni, diciptakan dengan kalimat-Nya dan dia sendiri bukanlah kalimat tersebut. Di antara para ulama berkata, “disebut dengan kalimat Allah karena dengan kalimat Allah Isa menjadi ada,” sebagaimana dalam firman-Nya.
إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِندَ اللَّهِ كَمَثَلِ ءَادَمَ خَلَقَهُ مِن تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُن فَيَكُونُ)
“Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa bagi Allah, seperti (penciptaan) Adam. Dia menciptakannya dari tanah, kemudian Dia berkata kepadanya, Jadilah! Maka jadilah ia.” (QS. Ali-Imran: 59)
Dengan demikian, Isa bukanlah kalimat itu sendiri, akan tetapi dengan kalimat itu dia muncul, Allah berkata, “jadilah” maka jadilah dia. Demikianlah sebab mengapa dia ‘alaihisalåm disebut dengan ‘kalimat Allah.
Sabda Rasulullah.
وَرُوحُ مِنْهُ
“Dan ruh dari-Nya.”
Yakni, dari ruh-ruh yang Allah ciptakan. Setiap anak Adam memiliki ruh yang diciptakan oleh Allah. Begitu pun ruh pada diri Isa ‘alaihisalām, ia adalah ruh yang diciptakan oleh Allah. Kemudian Allah memasukkan ruh itu ke dalam diri Isa sebagai suatu kemuliaan terhadap dirinya, jika tidak, maka ruh itu seperti ruh-ruh lainnya yang diciptakan وروح منة dan ruh dari-Nya yakni yang diciptakan, sebagaimana firman Allah,
وَسَخَّرَ لَكُم مَّا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ )
“Dan Dia menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya.” (QS. Al-Jatsiyah: 13)
Kata “dari-Nya” yakni ciptaan-Nya.
Demikianlah pemahaman yang benar tentang Rasul yang agung, Isa tidak menyakralkan secara berlebihan dan tidak juga menghinakannya. Melainkan bersikap moderat berada di tengah-tengah.
Sabda Rasulullah:
والجَنَّة حَق
“Dan Surga itu benar adanya.”
Yakni bersaksi bahwa surga itu benar-benar ada. Di antara bentuk mengimani keberadaan surga adalah:
1- Meyakini bahwa surga adalah makhluk Allah
2- Meyakini keberadaannya
3- Meyakini bahwa surga dipersiapkan untuk orang-orang yang bertakwa
4- Meyakini bahwa kenikmatan di dalam surga bersifat abadi
5- Meyakini bahwa surga adalah sebagai ganjaran yang besar, kenikmatannya tidak pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga, dan terbesit di dalam jiwa
6- Meyakini setiap kenikmatan dan ragam jenisnya yang telah Allah siapkan untuk ahli surga di surga.
Sabda Rasulullah.
وَالنَّارُ حَقٌّ
“Dan neraka itu benar adanya.”
Yakni bersaksi bahwa neraka itu benar-benar ada. Termasuk keimanan terhadap neraka adalah:
1- Meyakini bahwa neraka adalah makhluk Allah
2- Meyakini keberadaannya
3- Meyakini bahwa neraka dipersiapkan untuk penghuninya
4- Meyakini setiap azab dan ragam siksaan yang Allah persiapkan untuk orang-orang kafir dan orang-orang yang berpaling dari-Nya.
Barang siapa yang bersaksi dengan syahadat ini, yakni,
1- Bersaksi terhadap keesaan Allah,
2- Bersaksi terhadap Nabi kita dalam peribadatan dan kerasulannya,
3- Bersaksi terhadap Isa dalam peribadatan dan kerasulannya.
4- Bersaksi bahwasannya Isa adalah kalimat Allah yang diberikan kepada Maryam dan ruh dari-Nya.
5- Dan bersaksi bahwa surga dan neraka itu benar adanya
BACA JUGA: Ikhlas dan Husnudzon
Maka Allah amalannya. akan memasukkannya ke dalam surga berdasarkan sabda Rasulullah:
أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّةَ
“Allah akan memasukkannya ke dalam surga.”
Kalimat di atas menunjukkan keutamaan yang agung dari keutamaan-keutamaan tauhid dan iman, dan ia merupakan sebab masuk surga. Kemudian derajat mereka di surga akan sesuai dengan perbuatan mereka di dunia, sebagaimana firman Allah,
وَلِكُلِّ دَرَجَت مِّمَّا عَمِلُوا )
“Dan setiap orang memperoleh tingkatan sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-Ahqaf: 19)
Di surga derajat mereka berbeda-beda. Perbedaanya pun sangat jelas, berkesesuaian dengan perbedaan iman, amalan, dan ketaatan mereka kepada Allah Sebagian dari mereka berada di surga tertinggi. sementara yang lain berada di bawahnya, Penghuni surga memiliki kedudukan yang berbeda-beda, surga juga memilik banyak tingkatan, sebagiannya lebih tinggi dari yang lain, jumlahnya mencapai seratus tingkatan, jarak di antara tingkatan yang satu dengan yang lain sejauh langit dan bumi. []
Sumber: Ahadisul Iman (Kumpulan Hadist Seputar Keimanan) / Penulis: Syekh Abdurrazzaq Bin Abdul Muhsin Al-Badr / Penerbit: UFA Office
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: https://chat.whatsapp.com/CmhxXFTpO6t98yYERJBNTB
Instagram: https://www.instagram.com/humayro_media/
YouTube: https://www.youtube.com/@humayromedia
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61572918724311

