Matahari bersinar terang. Di pasar siang itu, orang- orang sibuk melakukan aktivitasnya masing-masing. Para penjual menawarkan dagangannya, dan para pem- beli berusaha menawar dan mendapatkan barang yang mereka inginkan.
Tiba-tiba para penghuni pasar di-kejutkan satu suara yang berseru lantang, “Penuhilah timbangan dan ukuran kalian!”
Belum lagi mereka me-ngetahui siapa yang bicara, suara itu terdengar lagi, “Jangan menggelembungkan daging!”
Ternyata suara yang lantang dan tegas itu adalah suara Amirul Mukminin Ali ibn Abu Thalib.
BACA JUGA: Rasa Malu dan Kezuhudan Ali bin Thalib
Jarmuzi menuturkan bahwa siang itu Ali ibn Abu Thalib r.a. keluar dari rumahnya mengenakan dua lapis pakaian, gamis sebatas betis dan sorban melilit tubuhnya.
Ia berjalan menuju pasar ber.telekan pada sebatang tongkat. Selama berjalan di pasar itu ia memerintahkan manusia untuk bertakwa kepada Allah dan melakukan transaksi dengan baik.
Itulah salah satu kebiasaan Ali ibn Abu Thalib. Se-bagaimana dikisahkan oleh Zaidan, ia sering terlihat berjalan ke pasar seorang diri sambil menasihati orang yang tersesat dan menunjukkan arah kepada orang yang kehilangan, menolong orang yang lemah, serta mena-sihati para pedagang dan penjual sayur, lalu memba- cakan kepada mereka ayat Al-Quran:
“Negeri akhirat itu kami siapkan untuk orang yang tidak menghendaki kesombongan di muka bumi dan tidak berbuat kerusakan.”
Usai membaca ayat itu ia berkata, “Ayat ini bertutur tentang orang yang berbuat adil dan tawaduk di antara para wali dan ahli ketetapan (qudrah) di antara manusia.”
Ali ibn Abu Thalib tidak pernah bosan dan lelah menasihati umat. Di mana pun, dan kapan pun ia menasihati dan memperingatkan umat.
Itulah yang dialami salah seorang sahabatnya, Abu Mathar ketika ia keluar dari masjid. Belum lagi beranjak jauh, seorang laki-laki menyerunya dari belakang, “Naikkan sarungmu, karena itu lebih disukai Tuhanmu dan lebih bersih bagi pakaianmu. Tutupi juga kepalamu jika kau seorang muslim,” ternyata yang menasihatinya adalah Ali ibn Abu Thalib yang berjalan bertelekan pada tongkatnya.
Ali meneruskan perjalanannya menuju pasar unta dan berka- ta kepada para pedagang, “Lakukan transaksi dengan baik dan jangan bersumpah, karena sumpah (dalam jual beli) meragukan barang dagangan dan menghapus berkah.”
Lalu ia berjalan menemui pedagang kurma. Ia melihat seorang budak sedang menangis. Ali bertanya, “Apa yang terjadi kepadamu?”
Budak itu menjawab, “Ia menjual kepadaku kur-ma ini seharga satu dirham, namun majikanku enggan menerimanya.”
Ali berkata kepada si pedagang, “Ambillah dan berikan kurma itu seharga satu dirham karena ia (budak itu) hanyalah suruhan.”
Namun pedagang itu tampak enggan sehingga aku berkata kepadanya, “Kau kenal tidak siapa orang ini?”
Pedagang itu menjawab, “Tidak.”
“Ia adalah Ali ibn Abu Thalib, Amirul Mukmi- nin.”
BACA JUGA: Ali bin Abi Thalib dan Baju Besi
Laki-laki itu tampak terkejut lalu segera memberikan kurmanya dengan harga satu dirham. Ia berpaling kepada Ali r.a. dan berkata, “Wahai Amirul Mukminin, aku ingin engkau meridhaiku.”
“Aku meridaimu jika kautunaikan kewajibanmu.”
Selanjutnya Amirul Mukminin menemui para pedagang kurma dan berkata, “Beri makanlah orang-orang miskin, niscaya kalian mendapat untung.” []
Sumber: Kisah Hidup Ali ibn Abu Thalib / Karya : Dr.Musthafa Murad/ Penerbit: Dar alFajr,2007
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: https://chat.whatsapp.com/CmhxXFTpO6t98yYERJBNTB
Instagram: https://www.instagram.com/humayro_media/
YouTube: https://www.youtube.com/@humayromedia
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61572918724311

