Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata: “Barangsiapa memanfaatkan waktunya untuk berdzikir kepada Allah, membaca Al-Qur’an, berteman dengan orang-orang saleh, dan menjauh dari berteman dengan orang-orang yang lalai dan buruk, niscaya hatinya akan menjadi baik dan lembut.” (Majmū‘ Fatāwā Ibn Bāz, 5/244)
Ucapan ini adalah nasihat agung yang menunjukkan kunci kelembutan hati. Karena hati manusia bisa menjadi keras, gersang, dan jauh dari cahaya hidayah bila ia dibiarkan tanpa dzikir, tanpa tadabbur Al-Qur’an, dan tanpa lingkungan yang mengingatkan kepada Allah.
1. Dzikir: Nafas Hati yang Hidup
Dzikir adalah makanan dan kehidupan hati. Dengan dzikir, seorang hamba mengikat hatinya pada Tuhannya. Allah berfirman: “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra‘d: 28)
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Dzikir bagi hati laksana air bagi ikan. Maka bagaimana keadaan ikan bila ia berpisah dari air?” (Al-Wābil ash-Shayyib, hal. 80)
Tanpa dzikir, hati akan kering, gersang, dan mudah disusupi bisikan setan. Sebaliknya, hati yang senantiasa berzikir akan lembut, tenang, dan penuh harapan kepada Allah.
BACA JUGA: Talbis Iblis agar Meninggalkan Amalan Sunnah
2. Membaca dan Merenungi Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah obat bagi hati. Allah menegaskan: “Wahai manusia, sungguh telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu, penyembuh bagi apa yang ada di dalam dada, serta petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57)
Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata: “Sesungguhnya Al-Qur’an itu diturunkan agar diamalkan. Maka jadikanlah tilawahmu sebagai sarana merenungi dan mengamalkan, bukan hanya untuk sekadar bacaan.”
Dengan membaca dan mentadabburi Al-Qur’an, seseorang akan menemukan kelembutan hati, sebab di dalamnya terdapat nasihat, peringatan, dan janji-janji Allah yang menenangkan jiwa.
3. Bersahabat dengan Orang-Orang Saleh
Teman adalah cermin diri. Rasulullah ﷺ bersabda: “Seseorang itu tergantung agama temannya, maka hendaklah salah seorang di antara kalian melihat dengan siapa ia berteman.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi)
Syaikh Ibnu Baz menekankan pentingnya berteman dengan orang saleh karena mereka menjadi wasilah kebaikan dan penjaga iman. Ibnul Mubarak rahimahullah berkata: “Teman yang saleh itu lebih baik dari kesendirian, dan kesendirian lebih baik daripada berteman dengan orang yang buruk.”
Bersahabat dengan orang yang dekat kepada Allah akan menumbuhkan semangat ibadah, sedangkan bergaul dengan orang lalai akan menumpulkan hati dan melemahkan semangat ketaatan.
4. Menjauh dari Orang-Orang yang Lalai dan Buruk
Allah berfirman: “Janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya, dan urusannya melampaui batas.” (QS. Al-Kahfi: 28)
Hati manusia sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan. Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah berkata: “Aku tidak melihat sesuatu yang lebih merusak hati daripada bergaul dengan orang yang lalai.”
BACA JUGA: 18 Amal Shalih
Karena itu, menjaga diri dari teman yang membawa kepada kelalaian adalah bentuk penjagaan terhadap hati dan agama.
Penutup
Hati adalah pusat kehidupan spiritual. Ia bisa hidup dengan dzikir, lembut dengan Al-Qur’an, kuat dengan persahabatan saleh, dan hancur dengan pergaulan yang buruk.
Syaikh Ibnu Baz rahimahullah telah mengingatkan bahwa perbaikan hati bukan hanya dengan ilmu, tetapi dengan amal dan lingkungan yang benar. Maka siapa yang memanfaatkan waktunya dengan kebaikan, Allah akan melembutkan hatinya dan menuntunnya menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. []
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: https://chat.whatsapp.com/CmhxXFTpO6t98yYERJBNTB
Instagram: https://www.instagram.com/humayro_media/
YouTube: https://www.youtube.com/@humayromedia
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/profile.php?id=61572918724311

